PENTAS.TV – BANDUNG, Ketersediaan fasilitas transportasi publik mumpuni pada wilayah-wilayah yang frekuensi mobilitasnya tinggi, semisal Bandung Raya, merupakan elemen krusial.
Karenanya, sebagai upaya mengatasi serta mengurai kemacetan lalu lintas sekaligus memperlancar dan mengefisienkan mobilitas, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) punya rencana akbar bagi publik Bandung Raya.
Yakni, menghadirkan dan mengaktifkan Commuter Line berbasis elektrik, seperti hanya wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek), yakni Kereta Rel Listrik (KRL).
Di Gedung Pakaian, Jalan Otomotif Iskandardinata Bandung, Dudy Purwagandhi, Menteri Perhubungan (Menhub), mengiyakan adanya rencana aktivasi KRL di wilayah Bandung Raya.
“Tahap awal, rencana aktivasi KRL tersebut yakni rute Cicalengka-Padalarang pp,” tandas Dudy Purwagandhi.
Aktivasi KRL Bandung Raya tersebut, jelasnya, sebagai upaya pihaknya untuk mengatasi dan mengurai kepadatan serta kemacetan lalu lintas di wilayah tersebut.
Selain itu, lanjutnya, juga untuk memperlancar mobilitas, sehingga perekonomian wilayah Bandung Raya lebih bergeliat.
Pasalnya, jelas dia, hadirnya KRL mempercepat waktu tempuh rute Cicalengka-Padalarang. Dudy Purwagandhi mengklaim, apabila menggunakan KRL, untuk menempuh jarak 42 kilo meter, yang merupakan rute Cicalengka-Padalarang, masyarakat hanya perlu waktu selama 60 menit.
“Sedangkan waktu tempuh rute itu saat ini, rata-rata sekitar 100-120 menit,” ujarnya.
Kapan realisasinya?
Dudy Purwagandhi mengungkapkan, pihaknya, mencanangkan aktivasi KRL Bandung Raya rute Cicalengka-Padalarang pp pada 2027.
Rencana pembangunan KRL Cicalengka-Padalarang, ungkapnya, termasuk cakupan kesepakatan antara pihaknya dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar, yang tertuang dalam sebuah Memorandum of Understanding (MoU) tentang transportasi publik di Tatar Pasundan.
Selain Cicalengka-Padalarang, bebernya, MoU tersebut, juga meliputi pembangunan dan aktivasi beberapa rute Commuter Line berbasis elektrifikasi lainnya.
Sayangnya, Dudy Purwagandhi belum mengungkap rute-rute KRL lainnya yang tercantum dalam MoU tersebut.
Bicara soal kebutuhan anggarannya, Dudy Purwagandhi menuturkan, hal tersebut masih pihaknya bahas.
“Kami masih mengalkulasi nominal kebutuhan anggaran proyek itu (KRL!Bandung Raya), termasuk skemanya (pembiayaan),” kata dia.
Soal sumber dana, Dudy Purwagandhi membocorkan, bahwa kebutuhan dana pembangunan KRL Bandung Raya tidak hanya Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN).
“Tidak sepenuhnya, APBN menjadi sumber pendanaan KRL Bandung Raya. Ada beberapa sumber pembiayaan lain,” ujarnya.
Di antaranya, sahut dia, berupa investasi pihak swasta dan korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dudy Purwagandhi menambahkan, tidak hanya perkeretaan, ada rencana lainnya yang terjadi antum MoU antara pihaknya dan Pemprov Jabar tersebut
Di antaranya, ungkap dia, sebuah rencana tentang mengoptimalisasikan Bandar Udara (Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati.
Satu bentuknya, yakni memperkuat rute penerbangan haji dan umrah. Misinya, terang dia, memperkuat utilisasi sehingga menjadi daya tarik bagi para maskapai agar mengaktifkan rute-rute penerbangannya dari dan ke BIJB Kertajati.
Tentu saja, kata dia, mengoptimalisasikan BIJB bukan perkara mudah. Tetap saja, imbuhnya, membutuhkan beberapa faktor.
“Yakni perencanaan yang terstruktur dan terintegrasi, termasuk biaya,” tutupnya. (win/*)