PENTAS.TV – BANDUNG, Sebagai korporasi berlabel Badan Usaha Milik Negara (BUMN) , selain sebagai penopang finansial pemerintah, PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) punya peran krusial lainnya.

Yakni, sebagai public service, yakni melayani dan mengakomodir kebutuhan fasilitas transportasi massal bagi masyarakat bertarif tiket terjangkau.

Karena itulah, dalam hal ini, pemerintah memberlakukan tarif Public Service Obligation (PSO) alias bersubsidi pada beberapa rangkaian kereta, baik kereta jarak jauh, Commuter Line, yang di antaranya mencakup Kereta Rel Listrik (KRL) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek), dan Light Rail Transit (LRT).

Hadirnya rangkaian-rangkaian kereta PSO itu direspon publik sangat positif. Terbukti, volume penumpangnya terus bertambah.

Seperti apa perkembangan terkini?

Dalam keterangannya, Anne Purba, Vice President Public Relations PT KAI (Persero), mengungkapkan, pada periode Januari-Oktober 2025, korporasi Merah Putih yang dahulu bernama Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) melayani dan mengakomodir kebutuhan transportasi bagi sebanyak 14.572.752 orang penumpang.

“Apabila perbandingannya dengan periode sama tahun lalu, yang berjumlah 13.620.772 orang penumpang, volume penumpang kereta PSO selama 10 bulan pertama 2025, bertambah 6,99 persen,” tandas Anne Purba.

Semakin membludaknya volume penumpang tersebut membuktikan bahwa aktivasi kereta PSO punya andil luar biasa sebagai fasilitas transportasi publik bertarif terjangkau.

Pasalnya, jelas dia, kereta PSO sangat mendukung, memperkuat, serta memperlancar mobilitas harian masyarakat di Indonesia.

Kereta PSO pun, lanjutnya, kian memperkokoh terciptanya ekosistem dan covering ransportasi nasional secara terintegrasi.

Yang tidak kalah penting, sambungnya, kereta PSO juga turut menggeliatkan perekonomian nasional.

Itu karena, kata mantan Vice President Corporate Secretary PT KAI (Persero) Commuter Line Indonesia (KCI) tersebut, selain tarifnya yang terjangkau, juga mempermudah mobilitas kalangan pekerja, pedagang, dan lainnya.

Tidak itu saja, tambahnya, hadirnya kereta-kereta PSO pun memunculkan sekaligus menggairahkan para pelaku Usaha Mikro-Kecil-Menengah (UMKM) di sekitar stasiun-stasiun yang menjadi titik keberangkatan dan kedatangannya.

Kiprah positif lainnya, sahut dia, kereta PSO juga secara tidak langsung, turut andil dalam melestarikan lingkungan.

Alasannya, kilah dia, kereta PSO meminimalisir kemacetan dan kepadatan lalu lintas. Tentunya, hal tersebut mengurangi polusi udara.

“Otomatis, apabila kemacetan dan kepadatan lalu lintas terminimalisir, konsumsi BBM ( Bahan Bakar Minyak) lebih efisien. Biaya operasional untuk perjalanan pun lebih hemat.” paparnya. (win/*)