PENTAS.TV – BANDUNG, Bencana alam yang melanda wilayah Sumatera Utara, benar-benar berakibat fatal.

Tidak hanya memunculkan kerugian materi karena rusaknya beragam jenis bangunan, seperti rumah warga, tetapi juga berbagai fasilitas publik, seperti Infrastruktur ketenagalistrikan.

Akibatnya, sistem kelistrikan di wilayah Utara Swarnadwipa lumpuh. Karena itu, agar pasokan listrik kembali pulih, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) bekerja dan berupaya ekstra.

Berkat upaya dan kerja keras serta tanpa mengenal lelah, akhirnya, sistem kelistrikan Sumatera Utara, terutama titik-titik terdampak banjir serta longsor, pulih 100 persen.

Kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah menjadi titik awal pulihnya pasokan dan sistem kelistrikan di Sumatera Utara.

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PT PLN (Persero), dalam keterangannya, mengatakan, pulihnya kelistrikan Sumatera Utara berkat upaya dan kerja keras serta koordinasi seluruh elemen masyarakat.

Darmawan Prasodjo menuturkan, seluruh proses normalisasi mengutamakan aspek keselamatan, kecepatan, dan ketepatan.

Hasilnya, kata dia, operasional sebanyak 103 penyulang, yang terdampak banjir dan longsor, kembali normal.

Pada proses normalisasi kelistrikan di Sumatera Utara, ungkapnya, pihaknya mengerahkan 949 personel.

Ratusan personil itu, sahutnya, bekerja ekstra liar biasa dan sangat menguras fisik serta mental. Pasalnya, terangnya, karena medannya sulit, seperti menelusuri tebing dan jalan berlumpur, para personil harus membawa material berat secara berjalan kaki.

Soal dampak banjir di Provinsi Aceh, Darmawan Prasodjo mengungkapkan, akibat bencana tersebut, belasan tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) berdaya 150 Kilo Volt (KV) rusak.

“Informasinya, sebanyak 12 tower SUTT roboh yang berakibat pasokan listrik di Aceh sangat terkendala,” tandas Darmawan Prasodjo.

Seperti halnya di Sumatera Utara, sambung ya, agar sistem ketenagalistrikan Aceh pulih, pihaknya pun melakukan normalisasi secara cepat.

Di antaranya, mengerahkan sekitar 500 petugas gabungan seluruh unit kerja jajarannya, termasuk PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jabar

Pihaknya pun, cetusnya, menetapkan kondisi Aceh berstatus Siaga Penuh. Pihaknya, sahut dia, bersama seluruh stakeholder, semisal Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh, plus Tentara Nasional Indonesia (TNI)-Kepolisian Republik Indonesia (Polri), termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh, dan lainnya, memobilisasi material-material secara non-stop.

Misalnya, sebut dia, pendistribusian material-material melalui jalur darat dan udara. Khusus jalur udara, kata dia, pendistribusiannya menggunakan helikopter dan pesawat.

Demi kelancaran dan efektivitas proses normalisasi pasokan listrik, sahutnya, pihaknya memaksimalkan seluruh sumber daya secara optimal.

Pihaknyq juga, imbuh dia, mengaktifkan genset pada titik yang berkatagori obyek vital, seperti bandar udara (bandara) rumah sakit beserta fasilitas-fasilitas kesehatan, kantor pemerintahan, dan lainnya, termasuk tempat-tempat ibadah serta titik-titik perungsian.

“Pada titik-titik itu, kami mengaktifkan The Island Operation Nagan Raya dan The Island Operation Arun, yang masing-masing berdaya sampai 100 Mega Watt (MW) serta 16 MW,” paparnya.

Selain normalisasi, Darmawan Prasodjo mengimbuhkan, pihaknya menyalurkan bantuan kemanusiaan. Bentuknya, kata dia, paket kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas).

Sugeng Widodo, General Manager (GM) PT PLN (Persero) UID Jabar, mengiyakan keterlibatan jajarannya berkenaan dengan penanganan banjir dan longsor Aceh.

“Kami mengerahkan 32 personil relawan, tidak hanya soal normalisasi pasokan listrik di Aceh, tetapi juga pendistribusian material serta donasi kemanusiaan,” tambah Sugeng Widodo.

Bentuk donasi atau bantuannya, tutur dia, yakni dua unit genset masing-masing berkapasitas 160 Kilo Volt Ampere (KVA) dan 100 KVA.

Donasi berikutnya, kata dia, berupa lampu darurat plus dana bantuan Rp240 juta, yang sumbernya hasil penghimpunan para karyawan. (win/*)