PENTAS.TV – BANDUNG, Selama beberapa tahun terakhir, terjadi beragam dinamika global, yang tentunya, cukup berpengaruh pada perekonomian dunia, tidak terkecuali Indonesia, khususnya Jabar.

Akibatnya, cukup banyak sektor ekonomi yang terdampak. Lalu, apakah terjadinya beragam dinamika iru berpengaruh pada sektor perbankan di Tatar Pasundan?

Darwisman, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jabar, mengklaim bahwa walau terjadi berbagai dinamika, performa dan kinerja perbankan di Jabar tetap apik serta bergeliat.

“Hingga dua bulan menjelang berakhirnya periode 2025, industri perbankan Jabar tetap stabil serta masih menunjukkan pergerakan positif,” tandasnya.

Dia mengatakan, ada sejumlah indikator yang membuktikan stabilitas perkembangan perbankan Bumi Parahyangan.

Yakni, sebutnya, bertambahnya penyaluran kredit atau pembiayaan, pengelolaan Dana Pihak Ketiga (DPK), dan aset.

persen, 5,38 persen, serta 3,51 persen.

Secara kumulatif, ujarnya, perbankan umum di Jabar, baik berskema konvensional maupun syariah, hingga Oktober 2025, menggelontorkan pembiayaan bernilai Rp1.036 triliun.

“Perbandingannya dengan realisasi akhir Oktober 2024, lebih banyak 4,02 persen,” ungkap Darwisman.

Realisasi tersebut, sambungnya, berarti perbankan Jabar meraih 12,34 persen market share nasional.

Selain itu, lanjutnya, pencapaian itu pun menempatkan Jabar sebagai runner-up provinsi penyalur pembiayaan terakbar di tanah air setelah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta.

Nominal kredit paling mewah hingga Oktober 2025, tuturnya, disalurkan perbankan konvensional, termasuk segmen Bank Perekonomian Rakyat (BPR), yakni Rp920 triliun.

Sisanya, ungkap dia, penyalurannya oleh perbankan berkonsep syariah, termasuk Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS). Nilainya, Rp116 triliun.

Sektor penerima kucuran pembiayaan paling masih, kata Darwisman, yakni Rumah Tangga. Angkanya, ucap dia, secara tahunan, bertambah 6,16 persen atau bernominal Rp434,61 triliun.

Terakbar selanjutnya, sahut Darwisman , adalah industri pengolahan, yang nominal kreditnya yakni Rp166,03 triliun, lebih banyak 11,41 persen daripada periode sama tahun sebelumnya.

Pergerakan positif penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan Jabar tersebut, imbuhnya, diimbangi oleh positifnya perkembangan rasio Non-Performing Loan (NPL) gross, yang berada pada level 3,46 persen.

Tentang pengelolaan DPK, Darwisman membeberkannya. Dia menyebutkan, secara total, hingga berakhirnya bulan ke-10 tahun ini, perbankan Jabar mengelola DPK bernilai Rp735,12 triliun, bertambah 5,58 persen secara tahunan.

Pengelolaan DPK terbesar, tukasnya, masih didominasi perbankan umum, yakni Rp711,73 triliun. “Sebanyak Rp23,39 triliun dikelola BPR,” ucapnya.

Sedangkan dana DPK bernominal Rp82 triliun, lanjutnya, dikelola perbankan berbasis syariah termasuk segmen BPRS.

Darwisman menambahkan, tidak hanya kredit dan DPK yang bergeliat, aset perbankan Jabar pun semakin bertambah.

Hingga akhir Oktober 2025, kata dia, perbankan Jabar memiliki kekayaan berupa aset bernilai Rp1.042,38 triliun, bertambah 3,5 persen secara tahunan.

Terdiri atas aset perbankan konvensional, termasuk BPR, bernilai sekitar Rp939 triliun, dan Rp103! triliun milik perbankan berbasis syariah, termasuk BPRS.

Masih soal aset, Darwisman mengemukakan, secara keseluruhan, perbankan umum non-BPR dan BPRS, memiliki kekayaan berupa aset bernilai Rp1.008,88 triliun.

“Lainnya, yakni Rp33,48 triliun dimiliki BPR- BPRS,” pungkasnya. (win/*)