Bandung Zoo; Berikan Pelatihan Kendalikan Hewan Buas Agar Masyarakat Aman

0
Sylvia Juliarta Terapkan Ilmu Menangkap Piton
Sylvia dari Masyarakat Mitra Polhut Cagar Alam Gunung TIlu Sedang Praktek Penanganan hewan buas

Berkunjung ke Kebon BInatang merupakan sebuah kegiatan yang menghibur dan juga mendidik. Beragam satwa, dari mulai melata hingga hewan tinggi besar ada di sana. 

Beragam hewan beragam juga sumber asalnya. Ada hewan yang berasal dari lokal, daerah Indonesia. Tetapi, ada juga hewan import dari negara lain yang dikirim dan dipelihara di Kebon Binatang Bandung ini. 

Tentu, hewan yang berbeda akan menarik untuk diperhatikan. Apalagi, tingkah laku yang menggemaskan tak jarang membuat pengunjung berdecak kagum. 

Namun, keragaman satwa di Kebon BInatang atau yang lebih dikenal dengan Bandung Zoo harusnya bisa jadi satu ajang pendidikan tersendiri. Terutama, pendidikan bagaimana menangani binatang-binatang buas yang terlihat berada pada tempat tidak semestinya. 

Hal ini disebabkan, men-treat binatang-binatang liar sangat berbeda penerapannya dengan binatang peliharaan yang sering dilihat. Seperti contohnya penanganan atau penangkapan binata melata ular. Berbeda jenis dan ukuran, ternyata cara menangkapnya pun berbeda. 

Dengan maksud dan dasar inilah, Managemen dan Pimpinan Bandung Zoo memberikan sharing pengetahuan kepada pihak-pihak berkepentingan yang sering dimintai pertolongan oleh masyarakat, seperti lembaga pemadam kebakaran atau BPBD, atau lainnya untuk menangani binatang buas atau tidak kepada habitabnya. 

Dan acara sharing serta praktek ilmu pun berlangsung meriah. Acara yang dihadiri oleh tim Pemadam Kebakaran yang berasal dari Purwakarta, BPBD, Masyarakat Mitra Polhut Cagar Alam Gunung Tilu, dan lainnya. 

Pengenalan, sosialisasi ilmu yang ingin dikenalkan juga dipromosikan oleh managemen Kebon BInatang pada awalnya penanganan atau penangkapan ular non-bisa, lalu berlanjut ke penanganan menangkap seekor buaya liar, bagaimana menangkap burung elang atau lainnya. Dan terakhir bagaimana mensolusikan penangkapan monyet ekor panjang yang benar sehingga binatangnya aman, penjaga pun nyaman. 

Perbedaan penanganan ular yang berbeda, juga bagaimana men-treat monyet yang akan ditangkap sehinga kesetressan monyet jadi terkendali..

“Pelatihan yang diadakan oleh Bandung Zoo ini sangat tepat dan baik karena pengalaman kami di lapangan, kami sering menerima titipan hewan dari instansi yang menjadi mitra kami.Harapan kami dengan adanya pelatihan seperti sekarang ini, penanganannya lebih cepat dan tepat. Jangan sampai nanti membahayakan orangnya yang mau menyelamatkan satwanya juga membahayakan satwa yang diselamatkan,” ujar Yohan Hendratmoko dari Konservasi Sumber Daya alam (KSDA), Kamis (20/06/24).

“Pelatihan ini pun merupakan pelatihan penanganan konflik satwa, antara satwa dengan masyarakat. Dinamakan konflik, bilamana hewan tersebut menimbulkan keresahan kepada masyarakat. Dan konflik seperti ini kita sering terima berupa aduan dari masyarakat,”tutur Yohan. 

Ia pun menceritakan kejadian yang sempat viral belum lama di Bandung perihal turunnya monyet ekor panjang ke rumah warga.

Dari peristiwa tersebut, Yohan pun menganjurkan kepada masyarakat untuk tidak memberikan makan kepada monyet tersebut. Yohan menuturkan bahwa penanganan terhadap monyet yang viral akhirnya bisa dilakukan, salah satunya adalah dengan melakukan tembak bius dan tertangkap. Langkah selanjutnya menurut Yohan, adalah merehab monyet yang telah tertangkap. 

Yohan juga berharap dengan pelatihan yang diadakan ini bisa meminimalisasi adanya konflik antara warga dan masyarakat, selain itu penanganan terhadap binatang yang dimaksud lebih cepat dan tepat. 

“Kami selama ini perihal alat-alat untuk menangkap binatang yang berkonflik seperti kotak kandang jebak, penjepit ular, jaring menangkap satwa. Anggaran kami terbatas sehingga dengan adanya pelatihan seperti ini pengerjaan menangkap, ungkap Yohan.

“Saya pun bersyukur dengan mengikuti pelatihan penanganan binatang di Bandung Zoo ini. Selain banyak ilmu, jadi bisa bertukar pikiran perihal kasus yang terjadi di lapangan,” tutur Sylvia Juliarta dari Masyarakat Mitra Polhut Cagar Alam GUnung tilu menambahkan. 

Ia merasa dengan ilmu yang bisa dilatih dan diulang membuat pengerjaan penangkapan hewan menjadi benar, alias tidak menyiksa, terangnya menutup pembicaraan.