Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, sekitar 55% penduduk Indonesia adalah generasi muda, dan sebagian besar dari mereka adalah generasi M & Z.
Dengan jumlah “anak muda” sebesar tersebut tentu merupakan asset besar di masa mendatang.
Pemaknaan Sumpah Pemuda oleh kedua generasi M dan Z tampak melalui berbagai inovasi dan kontribusi nyata yang mereka lakukan. Salah satu contohnya adalah di bidang kewirausahaan sosial.
Meski demikian, tantangan yang dihadapi generasi M & Z tidaklah sedikit. Salah satunya adalah masalah pengangguran yang cukup tinggi. Berdasarkan data BPS tahun 2023, tingkat pengangguran di kalangan pemuda mencapai 13,91%, yang menjadi perhatian utama dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
Hal ini menunjukkan perlunya dukungan dari pemerintah dan sektor swasta untuk menciptakan program-program pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan dan daya saing generasi muda di era globalisasi.
Di sisi lain, mereka juga dihadapkan pada tantangan derasnya arus informasi digital. Menurut laporan We Are Social dan Hootsuite (2023), lebih dari 60% pemuda di Indonesia menghabiskan waktunya di media sosial.
Di satu sisi, hal ini memungkinkan mereka untuk lebih mudah terhubung dan berbagi informasi, namun di sisi lain, ancaman misinformasi dan radikalisme di ruang digital menjadi tantangan serius yang harus dihadapi.
“Saya pribadi melihat moment Sumpah Pemuda ini sangat baik sekali, kita bisa berkontribusi apa buat diri? Apa hal yang membanggakan dan berprestasi yang bisa jadi inspirasi buat orang lain? Dengan bertanya seperti itu, insyaallah selalu termotivasi berbuat baik dari waktu ke waktu,” ungkap Tharisa Putri Shafa, yang dikenal sebagai Aca Tharisa Traveling, di akun Tik Toknya, Minggu (27/10/2024).
“Kerja saya sebagai content creator khusus traveling, alhamdulilah Ketika kita serius, banyak orang mengapresiasinya dan mengajak untuk mempromosikan vila, hotel, rumah makan mereka kepada saya. Jadi, hobi jalan, silahturahmi dengan berbagai kalangan pun bisa saya dapatkan. Saya bersyukur bisa peroleh keahlian ini dan dilakukan dengan tekun,” papar Aca, alumni mahasiswi Universitas Muhammadiyah Bandung.
Tidak jauh berbeda dengan M. Salman Sony Andarison L.V., A.Md.T yang menggeluti usaha dunia kuliner frozen food Dimsum di Bandung, jika tidak meluaskan silahturahmi dan meningkatkan wawasan dan pengetahuan, rejeki itu akan terasa “sempit”.
“Saya banyak bersilahturahmi dengan banyak orang, baik di Umkm Bandung, Kadin Kota Bandung dan Dinas UMKM & Koperasi Kota Bandung, Dispora Kota Bandung dan banyak lainnya, dari kegiatan tersebut jadi banyak menambah teman, wawasan dan bahkan mendapatkan job atau orderan produk pun dari silahturahmi,” terang Salman panggilan akrabnya.
“Jika anak muda hanya berpikir saya lebih paham tentang teknologi dan ilmu di era sekarang tetapi jika orang lain tidak tahu apa kelebihan dan apa yang kita berkontribusi maka sama saja tidak ada artinya. Kita bisa dikenal karena terus mengenalkan diri kepada yang lain. Namanya juga usaha, mau cari kerja, cari order, cari proyek, ya akan berhubungan dengan orang lain, apalagi kita makhluk sosial,” ujar pelaku usaha muda yang sedang mengambil Strata 2 di salah satu Universitas di Bandung ini.
Bagi perempuan energik dan menyukai seni seperti Riani Dea Pratiwi, kesempatan untuk selalu hadir dan berbuat sesuatu dengan apa yang kita mampu, jadi satu alasan dan motivasi dirinya untuk terlibat dalam acara positif berbentuk apapun.
“Sumpah Pemuda di bulan Oktober ini memang luar biasa. Sejak masih jadi pelajar, pembelajaran dan ruh para pemuda pemudi yang berjuang untuk kemerdekaan negeri tercinta ini luar biasa sekali. Mereka berpikiran jauh ke depan, bertindak agar generasi muda pun ikut turut berkontribusi bagi kebaikan negara besar, negara Indonesia ini,” imbuh Riani, pengusaha kreatif seni merangkai bunga.
“Biasanya saya diundang untuk mengisi acara sebagai nara sumber pelaku usaha UMKM tetapi kali ini saya Bersama teman teman muda hebat lainnya berbincang, berdiskusi ringan perihal apa sih kontribusi kita sebagai anak muda di jaman sekarang ini. Semoga saja, hasil diskusi ini bisa menjadi insight bagi yang lain,” kata Riani.
Sebagai seorang dosen di Universitas Sangga Buana YPKP dan ibu yang memiliki anak yang masuk pada generasi Z dan Alpa ini, Dr (C) Alin Yulianti, S.Ip., M.Si, merasa antusias dengan acara di perbincangan anak muda ini. Jujur, ia mengatakan tidak mudah untuk masuk ke “dunia” mereka tetapi dengan berbekal pengalaman mengajar anak-anak muda di kelasnya, ia punya bekal bagaimana bisa membawa mereka untuk bisa open mind sharing perihal kehidupan, persoalan dan generasi sekarang di mata anak muda.
“Sumpah Pemuda ini momentum yang pas sekali bagi generasi muda untuk selalu termotivasi memberikan kontribusi dan berkarya yang terbaik. BUkan berarti setahun sekali hanya tergerak saja, tetapi saat mengingat momen ini, selalu ingin jadi bagian yang bisa juga ikut berkontribusi produktif dalam sisi kemampuan diri agar setidaknya memberi contoh dalam langkah nyata, tidak menjadi beban bagi yang lain,” ulas Alin.
“Jika saja, mindset produktif anak muda sekarang sudah mereka miliki, dan goalsnya bisa ikut membawa harum diri dengan berprestasi di bidang yang mereka sukai, anak-anak muda akan jadi asset potensial di tahun 2045 mendatang. Seperti apa yang jadi program pemerintah selama ini, bonus demografi Indonesia ke depan harus jadi asset terbaik yang dimiliki,” pungkas Alin menutup pembicaraan.