PENTAS TV – BANDUNG, Selama beberapa waktu terakhir, badai menerpa korporasi perbankan berlabel Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terakbar, PT Bank Pembangunan Daerah Jabar-Banten Tbk (Perseroda) alias bank bjb.
Antara lain, kasus dugaan korupsi pengadaan iklan media dan kredit PT Sri Tunggal Rejeki (Sritex), yang menyeret beberapa nama petinggi perbankan yang bermarkas di Jalan Naripan Bandung itu.
Walau demikian, faktanya, bank bjb tetap berdiri kokoh. Bahkan, perbankan pelat merah itu masih bersinar. Terbukti, hingga semester I 2025, bank bjb, bersama seluruh anak usahanya, tetap menunjukkan performa dan kinerja apik.
Dalam laman resminya, bankbjb.co.id, Ayi Subarna, Pelaksana Tugas (Plt)! Pemimpin Divisi Corporate Secretary bank bjb, menginformasikan, hingga Juni 2025, secara konsolidasi, pihak ya memiliki kekayaan berlimpah. Hal ini tercermin pada total nilai asetnya.
“Nominalnya (aset) Rp216 triliun. Ini membuktikan bahwa kami sanggup survive dalam menyikapi beragam dinamika dan tantangan. Selain itu, juga sebagai bukti bahwa kami punya fundamental yang kuat,” tandas Ayi Subarna.
Pria berpostur tubuh jangkung ini melanjutkan, bertambahnya aset itu berkat penerapan strategi yang tepat dan efektif. Antara lain, sebutnya, penyaluran kredit.
Ayi Subarna meneruskan, hingga berakhirnya semester perdana 2025, pihaknya menyalurkan kredit terkonsolidasi bernilai megah. Yakni, ujar dia, pada level Rp144 triliun.
Masifnya penyaluran kredit itu, sambung dia, berimbas positif pada perolehan laba, yang nominalnya hampir mencapao Rp1 triliun. Tepatnya, sebut dia, Rp856 miliar.
Agar performa tetap bergeliat, Ayi Subarna membeberkan, pihaknya memperkokoh fokusnya pada segmen retail consumer alias konsumer ritel.
“Juga, menyempurnakan dan memperkuat pola pelayanan sektor-sektor produktif,” tuturnya.
Termasuk, ungkap Ayi Subarna, terus mengakselerasi rencana pembentukan Kelompok Usaha Bank (KUB) bersama anak usahanya serta beberapa Bank Pembangunan Daerah (BPD).
Di antaranya, kata Ayi Subarna, PT BPD Jambi alias Bank Jambi dan PT BPD Bank Bengkulu atau Bank Bengkulu.
Lalu, tukasnya, PT Bank Pembangunan Daerah Jabar-Banten Tbk (Perseroda) Syariah atau bank bjb syariah (bjbs).
Aktivitas sinergi berskema KUB, imbuh Ayi Subarna, merupakan katalisator krusial demi pemerkuatan performa dan kinerja yang terkonsolidasi.
Strategi itu, ujarnya, memperkuat nilai tambah yang secara otomatis, lebih menginklusifkan porto folio keuangan sehingga secara signifikan, membuahkan hasil positif.
Menterengnya performa hingga Juni 2025 pun, sahutnya, berkat percepatan dan penyempurnaan proses transformasi digital.
Caranya, beber dia, melalui implementasi beragam inovasi. Sai di antaranya, sahut dia, yakni aktivasi Kredit Guna Bhakti Pinjaman Aparatus Sipil Negara (ASN) atau beristilah KGB Pisan berbasis platform digital.
Ayi Subarna mengklaim bahwa aktivasi KGB Pisan memperoleh respon pasar yang positif. Secara tahunan, ucapnya, perkembangannya pada level 28,5 persen.
Hadirnya platform KGB Pisan, tambah Ayi Subarna, semakin melengkapi skema pelayanan digital. Selama ini, ujarnya, pihaknya memiliki pola pelayanan andalan berplatform digital yang jumlah penggunanya sebanyak 2,3 juta user, yakni DIGI by bank bjb,
Kembali soal pembiayaan, kata Ayi Subarna, pihaknya pun mendukung agenda pembiayaan sektor inklusif dan The Green Financing.
Hasilnya, sambung Ayi Subarna, menunjukkan tren positif. Hingga semester I 2025, nominal penyaluran The Green Financing dan berkelanjutan pada posisi Rp15,5 triliun.
Cakupannya, sebut dia, antara lain, pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kemudian, lanjutnya, pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) berskema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan …
[19.18, 11/8/2025] Erwin: ARTIKEL 2
Torehan Apik PLN di Jabar: Jumlah Pelanggan Bertambah, Penjualan Tenaga Listrik Melejit
PENTAS.TV – BANDUNG, Berstatus sebagai korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), membukukan performa apik merupakan keniscayaan mutlak bagi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero).
Terlebih, selama ini, pada sektor ketenagalistrikan, PT PLN (Persero) merupakan aktor tunggal.
Tidak heran, pada semester pertama 2025, secara nasional, korporasi Merah Putih berpredikat industri strategis itu meraup laba bersih yang lebih besar 32,88 persen daripada periode sama tahun sebelumnya Posisinya menjadi Rp6,64 triliun.
Sedangkan pada semester pertama 2024, PT PLN (Persero ) membukukan Rp5 triliun.
Kesuksesan meraup cuan bernilai sultan oleh korporasi Merah Putih tersebut berkat hasil penjualan tenaga listrik yang terus bertambah.
Pada Juni 2025, realisasi penjualan listrik secara nasional bertambah 4,36 persen secara tahunan atau menjadi 155,62 Tera Watt-hour (TWh), melebihi realisasi semester awal 2024, yaitu 149,11 TWh.
Lalu, bagaimana kinerja PT PLN (Persero) di Jabar?
Sugeng Widodo, General Manager (GM) PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jabar, mengemukakan, di Tatar Pasundan, selama Januari-Juni 2025, pihaknya melayani dan mengakomodir kebutuhan energi listrik bagi 17.901.468 pelanggan.
“Posisi jumlah pelanggan pada semester pertama 2025 bertambah 3,38 persen secara tahunan,” tandas Sugeng Widodo.
Pelanggan golongan Rumah Tangga, lanjutnya, menjadi yang pelanggan terbanyak. Yaitu, sebutnya, berjumlah sekitar 16,31 juta pelanggan.
Terbanyak selanjutnya, kata dia, adalah golongan bisnis, yang berjumlah sekitar 947,1 ribu pelanggan. Kemudian, tuturnya, golongan sosial sebanyak 386,3 ribu pelanggan.
Bertambahnya jumlah pelanggan, sambungnya, otomatis memperbanyak volume daya tersambung.
Yaitu, sebutnya, menjadi 34.521 Mega Volt Ampere (MVA), atau lebih banyak 5,78 persen daripada realisasi akhir Juni 2024, yang berdaya terpasang 32.634 MVA.
Semakin banyaknya pelanggan dan data terpasang, lanjutnya, berimbas positif pada kinerja penjualan tenaga listrik.
Di Bumi Parahyangan, sahut Sugeng Widodo, hingga akhir Juni 2025, pihaknya membukukan penjualan tenaga listrik sebanyak 31.020,51 Giga Watt-hour (GWh).
Perbandingannya dengan Juni 2024, tambahnya, lebih banyak 3,41 persen. “Volume penjualan tenaga listrik pada semester I tahun lalu berkapasitas 29.996 GWh,” sebut dia.
Konsumsi tenaga listrik paling masif, ungkapnya, yakni sektor industri, yakni berkapasitas 12.481,7 GWh.
Terbanyak berikutnya, kata dia, yakni Goloran Rumah Tangga, yang volume penjualan tenaga listriknya sebanyak 11.821,5 GWh
“Lalu, ada golongan bisnis, yang konsumsi energi listriknya pada akhir Juni 2025 berkapasitas 4.981,5 GWh,” papar Sugeng Widodo. (win/*)