Kinerja Apik Perbankan Jabar: Makin Tajir, Asetnya Berlimpah, Gelontoran Kreditnya Mewah, Simak Penjelasan OJK

0
Perbankan Jabar tunjukkan performa dan kinerja apik hingga semester pertama 2025. (Ilustrasi Freepik)

PENTAS.TV – BANDUNG, Secara umum, saat ini, perekonomian nasional, termasuk Jabar, belum seagresif tahun sebelumnya. Kondisi ini terjadi akibat adanya beragam dinamika global.

Misalnya, pemberlakuan tarif impor oleh pemerintah Amerika Serikat (AS). Lalu, terjadinya trade war antara AS dan China. Kemudian, berlangsungnya konflik geopolitik Rusia-China dan pertikaian Iran-Israel.

Lalu, apakah ada efek terhadap industri perbankan di Jabar?

Berdasarkan data yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jabar, industri perbankan Jabar tetap menorehkan performa dan kinerja apik.

“Ada beberapa indikator yang menunjukkan apiknya kinerja perbankan Jabar,” tandas Darwisman, Kepala OJK Jabar.

Di antaranya, ujar dia, aset perbankan yang menunjukkan perkembangan positif.

Darwisman mengatakan, hingga berakhirnya periode semester pertama 2025, perbankan Jabar semakin tajir. Itu karena, jelasnya, kekayaannya yakni berupa aset, bertambah.

Hingga Juni 2025, sebut dia, perbankan Jabar memiliki aset berlimpah. Nominalnya, tuturr dia, pada posisi Rp1.046 triliun, melebihi realisasi Juni 2024, yang angkanya Rp1.024 triliun atau bertambah 2,45 persen secara tahunan.

Aset terbanyak, ujar dia, dimiliki perbankan umum , yang mencakup perbankan konvensional dan syariah. Nilainya, sahut Darwisman, yaitu Rp1.013,97 triliun.

Sisanya, bernilai Rp32,64 triliun, kata dia, merupakan aset milik perbankan segmen Bank Perekonomian Rakyat (BPR) dan Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS).

Indikator berikutnya, lanjut Darwisman, yakni semakin banyaknya Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dikelola perbankan Jabar.

Posisi DPK hingga Juni 2025, sebutnya, yakni Rp715,56 triliun. “Nominal itu melebihi pengelolaan DPK hingga akhir semester awal 2024 yakni Rp690,49 triliun atau bertambah 3,63 persen secara tahunan,” jelasnya.

Mayoritas pengelolaan DPK, tambahnya, yakni oleh perbankan umum. Nilainya, sebut dia, Rp693,01 triliun. Selebihnya, tukasnya, yakni bernilai Rp22,55 triliun, adalah DPK yang dikelola BPR-BPRS.

Darwisman meneruskan, gacornya penyaluran kredit hingga Juni 2025 juga menjadi indikator menggeliatnya perbankan Jabar.

Hingga akhir bulan keenam tahun ini, imbuh ya, perbankan Jabar menyalurkan kredit atau pembiayaan bernilai mewah, yaitu Rp657,50 triliun, lebih banyak 3,64 persen daripada realisasi hingga semester I 2024, yang nominalnya Rp634,41 triliun.

Tentunya, penyaluran kredit termasif, ungkap Darwisman, oleh perbankan konvensional. “Yaitu bernilai Rp633,41 triliun,” ucapnya.

Sedangkan pembiayaan yang disalurkan BPR-BPRS hingga Juni 2025, beber dia, pada level Rp24,09 triliun.

Moncernya penyaluran kredit atau pembiayaan itu, sambung Darwisman, diimbangi oleh masih positifnya posisi rasio kredit bermasalah alias Non-Performing Loan (NPL).

Darwisman menyampaikan, rasio NPL perbankan Jabar, masih dalam posisi cukup aman, yaitu 4,28 persen.

Pada sisi lain, berkenaan dengan program pembiayaan pemerintah, yakni Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh perbankan Jabar, Darwisman mengklaim bahwa perkembangannya pun menggembirakan.

Dia menyatakan, Jabar berkontribusi 10,58 persen penyaluran KUR nasional. “Posisi terkini penyaluran KUR, yakni pada Juni 2025, sahut dia, yakni Rp13,74 triliun,” tutup Darwisman. (win/*)