
PENTAS.TV – BANDUNG, Banyak skema dan strategi yang diterapkan setiap korporasi agar performa dan kinerjanya tetap apik dan mentereng.
Sebagai contoh, dalam dunia perbankan, kerap terjalin pola sinergi penyaluran kredit berupa sindikasi.
Nah, pola kredit sindikasi pun diterapkan korporasi perbankan berlabel Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), PT Bank Pembangunan Daerah Jabar-Banten Tbk (Perseroda) alias bank bjb.
Terbaru, bersama PT Bank Victoria International Tbk, PT Bank Sinar Mas Tbk, PT Bank Ina Perdana Tbk, dan PT Bank Oke Indonesia atau OK Bank, bank bjb sepakat menggelontorkan kredit sindikasi bernilai total Rp600 miliar kepada PT Hidrogen Peroxida Indonesia (HPI).
Kredit sindikasi ini pun melibatkan beberapa Bank Pembangunan Daerah (BPD). Antara lain, PT BPD Kalimantan Tengah atau Bank Kalteng, PT BPD Sulawesi Selatan-Barat (Bank Sulselbar) dan PT BPD Sumatera Barat alias PT Bank Nagari.
Dalam kredit sindikasi ini, kontribusi bank bjb bernilai Rp50 miliar. Sedangkan nominal kredit terakbar dalam pola sindikasi ini digelontorkan PT Bank Victoria International Tbk dan PT Bank Sinar Mas Tbk, masing-masing bernominal R200 miliar serta Rp100 miliar.
Sedangkan nominal kredit beberapa BPD lain yang terlibat dalam sindikasi ini termasuk PT Bank Ina Perdana Tbk serta OK Bank, sama dengan yang digelontorkan bank bjb, yaitu Rp50 miliar.
Dalam keterangannya, Pelaksana Tugas (PLTS) Pemimpin Divisi Corporate Secretary bank bjb, Ayi Subarna, mengemukakan, keterlibatan perbankan yang bermarkas di Jalan Naripan Bandung ini adalah bentuk nyata jajarannya untuk lebih menggeliatkan kemandirian industri nasional, khususnya kimia.
Pemanfaatan dana tersebut berkenaan dengan proyek pembangunan manufaktur hidrogen peroksida yang berlokasi di Kabupaten Serang Banten.
Selain berkontribusi puluhan miliar rupiah, lanjut Ayi Subarna, dalam kredit sindikasi ini, pihaknya juga tampol sebagai Joint Mandated Lead Arranger (JMLA) & Bookrunner, bersama PT Bank Victoria International Tbk.
Ayi Subarna menuturkan, keterlibatan dalam kredit sindikasi bertenor 90 bulan ini pun membuktikan bahwa, sebagai perbankan daerah, pihaknya senantiasa berkeinginan dan berkomitmen untuk terus pro-aktif menyukseskan program-program strategis level nasional, sekaligus daya dukung bagi sektor riil sehingga lebih berdaya saing dan bernilai tambah.
“Ini termasuk upaya kami agar perekonomian tetap bergeliat,” tandas pria berpostur tubuh jangkung itu.
Ayi Subarna mengatakan, pembangunan manufaktur hidrogen bernilai strategis. Alasannya, sambung dia, berkaitan dengan kebutuhan dasar sektor industri.
Misalnya, sebut dia, industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), farmasi, elektronik, tambang, mineral, dan lainnya.
Berdasarkan informasi, manufaktur hidrogen di Serang itu berkapasitas produksi 20 ribu Metric Tons Per Annum (MTPA) H2O2 100 persen. Masifnya kapasitas produksi tersebut bisa meminimalisir kebergantungan pada importasi.
Sebanyak 70 persen kapasitas produksi manufaktur tersebut, pemanfaatannya bagi pemenuhan pasar nasional. Sebesar 30 persen sisanya, untuk pemenuhan pasar ekspor. (win/*)