Berkat Penyerapan di Indramayu, Stok Beras Jabar Makin Kokoh dan Berlimpah, Bulog Bilang Ini

0
Sejumlah petani memanen hasil pertaniannya. (Instagram)

PENTAS.TV – BANDUNG, Demi terciptanya kesejahteraan masyarakat, satu elemen penting yang perlu terjaga stabilitasnya yakni ketahanan pangan, khususnya komoditas beras, baik pasokan, stok, maupun harga jualnya.

Karena itu, sebagai korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pangan, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum) Bulog, terus pro-aktif menciptakan ketahanan pangan di seluruh daerah, tidak terkecuali Jabar.

Di Tatar Pasundan, informasinya, stok dan pasokan beras semakin kokoh. Penyebabnya, Perum Bulog Kantor Wilayah (Kanwil) Jabar, yang terus mengeksekusi penugasan pemerintah, hingga April 2025, sukses menyerap 51 ribu ton beras petani Kabupaten Indramayu.

” Tentu saja, penyerapan terus berlangsung hingga tibanya panen raya dan disusul panen gadu,” tandas Mohamad Alexander, Kepala Perum Bulog Kanwil Jabar, dalam keterangannya.

Alex, sapaan akrabnya, meneruskan, terus bergulirnya penyerapan beras petani dalam negeri itu agar stabilitas pangan, tidak hanya stok tetapi juga harga.

Selain itu, lanjutnya, agar harga gabah petani pun tetap stabil, sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP), yang nominalnya Rp6.500 per kilo gram.

Seiring dengan hasil di Kabupaten Indramayu tersebut, ungkap Alex, kini, secara total, penyerapan gabah setara beras di wilayah Bumi Parahyangan berada pada posisi 135 ribu ton.

Agar penyerapan lebih optimal, Alex menegaskan, pihaknya sangat siap membeli beras atau gabah setara beras secara masif.

Bahkan, sahutnya, apabila terdapat penjualan harga beras atau gabah setara beras yang lebih murah daripada HPP, jajarannya siap menerapkan pola “jemput bola”.

Dia berpendapat, pola “jemput bola” merupakan cara yang lebih konkret sebagai upaya mengantisipasi terjadinya fluktuasi harga yang bisa menyebabkan kerugian para petani.

Strategi jemput bola juga, lanjutnya, termasuk cara agar hasil panen tidak dibeli tengkulak, yang umumnya mematok harga tidak sesuai HPP. (win/*)