
PENTAS.TV – BANDUNG, Sejatinya, Indonesia memiliki banyak sektor ekonomi potensial. Antara lain, industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
Namun, tentunya, agar industri TPT nasional terus berkiprah dan berkontribusi pada perekonomian nasional, butuh berbagai nutrisi. Antara lain, injeksi permodalan berupa pembiayaan atau kredit.
Ternyata, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Maret 2025, industri TPT menerima saweran pembiayaan bernilai jumbo.
Dalam keterangannya, Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, mengungkapkan, dana pembiayaan yang diterima industri TPT nasional hingga triwulan I 2025 bernilai ratusan triliun rupiah
“Yakni, pada posisi Rp160,41 triliun,” tandas mantan Kepala Bank Indonesia BI Kantor Perwakilan (KPw) Jabar ini.
Meski fantastis, lanjutnya, nominal pembiayaan yang diterima industri TPT masih kecil apabila perbandingannya dengan total kredit perbankan. Persentasenya, ucap Dian Ediana Rae, yaitu 2,03 persen.
Dian Ediana Rae berpandangan, agar semakin kokoh dan berdaya saing, perlu sinergi yang lebih harmonis antara industri TPT nasional dan sektor perbankan.
Penyaluran pembiayaan pun, tuturnya, harus lebih tepat sasaran, yang tentunya harus tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.
“Kiprah IJK (Industri Jasa Keuangan), utamanya perbankan, berkenaan dengan perkembangan berbagai industri, termasuk TPT, sangat penting. Yaitu, melalui pemerkuatan pembiayaan yang tetap memprioritaskan prinsip kehati-hatian,” paparnya.
Agar sinergi antara industri TPT dan perbankan semakin harmonis dan kuat, sahutnya, perlu sejumlah cara dan treatment.
Misalnya, sebut Dian Ediana Rae, penerapan dan pengimplementasian Indonesia Incorporated, sebuah skema kolaborasi multi stakeholder, yaitu pelaku industri, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), IJK khususnya perbankan, termasuk pemerintah.
Dian Ediana Rae menilai bahwa industri TPT nasional tetap punya potensi dan peluang terbuka untuk terus bergeliat, tidak hanya pasar lokal, regional, dan domestik, tetapi juga global.
Karena itu, jelasnya, penerapan pola Indonesia Incorporated bisa menjadi cara bagi industri TPT untuk menjawab berbagai tantangan dan dinamika global. Misalnya, sebut Dian Ediana Rae, mahalnya ongkos logistik.
“Selain itu, juga masih punya Kebergantungan pada pasar ekspor tertentu,” kata dia .
Agar peluang market industri TPT tetap terbuka, Dian Ediana Rae berpendapat, perlu adanya diversifikasi pasar, khususnya ekspor selain yang selama ini menjadi tujuan utama, seperti China, Amerika Serikat (AS), Jepang, Turki, dan Malaysia. (win/*)