Ini Bukti Kinerja Bank BJB Tetap Solid: Asetnya Semakin Banyak, Labanya Bertambah

0
Jajaran direksi bank bjb membahas perkembangan kinerja pada Earning Calls Triwulan I 2025. (Istimewa)

PENTAS.TV – BANDUNG, Terjadinya berbagai dinamika, termasuk trade war antara Amerika Serikat (AS) dan China, memang, bisa berdampak pada perekonomian Indonesia.

Walau demikian, ternyata, kondisi itu tidak menggoyahkan keperkasaan korporasi perbankan berlabel Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) kebanggaan publik Tatar Pasundan, PT Bank Pembangunan Daerah Jabar-Banten Tbk (Perseroda) alias bank bjb.

Buktinya, hingga triwulan perdana 2025, performa dan kinerja perbankan berstatus Bank Pembangunan Daerah (BPD) terakbar di Bumi Nusantara ini tetap solid.

Indikatornya, keberhasilan korporasi Merah Putih itu membukukan laba sebelum pajak bernilai Rp606 miliar pada Maret 2025.

Selain itu, hingga Triwulan I 2025, kekayaan bank bjb pun kian berlimpah. Itu karena, aset perbankan yang berkantor pusat di Jalan Naripan Bandung tersebut terus bertambah.

Ayi Subarna, Pemimpin Divisi Corporate Secretary bank bjb, mengatakan, hingga Maret 2025, pihaknya memiliki aset bernilai masif. Angkanya, sebut dia, pada posisi Rp223,1 triliun, bertambah 10,2 persen secara tahunan.

Ayi Subarna menjelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi penunjang bersinarnya kinerja perbankan ini. Antara lain, ujarnya, berkat kontribusi program Kelompok Usaha Bank (KUB).

“Melalui KUB, aset yang dimiliki anak perusahaan berkontribusi 17,4 persen pada total aset atau setara Rp38,8 triliun,” tandas Ayi Subarna.

Sinyal kinerja positif lainnya, lanjut dia, juga tercermin pada lini bisnis. Yakni, ujarnya, penyaluran kredit atau pembiayaan.

Hingga Maret 2025, kata Ayi Subarna, pihaknya menggelontorkan kredit yang lebih banyak 11,4 persen daripada periode sama tahun lalu, atau bernilai Rp145,4 triliun.

“Penyaluran kredit bernominal Rp27,1 triliun di antaranya merupakan sumbangsih anak perusahaan,” tambah pria berpostur tubuh jangkung ini.

Segmen yang menjadi back bone penyaluran kredit, beber dia, tetap kredit konsumer. Segmen ini, jelasnya, mengalami perkembangan 4,7 persen secara tahunan.

Itu terjadi berkat ekspansi kredit bagi kalangan pegawai pemerintah berbasis Perjanjian Kerja (PPPK).

Menterengnya pencapaian itu, tukasnya, juga berkaitan dengan beragam inovasi yang terus jajarannya kembangkan, utamanya, berkaitan dengan teknologi digital.

Misalnya, sebut dia, KGB Pisan, yang mengalami perkembangan eksponensial, yakni terealisasinya sebanyak 3.987 Number of Account (NoA).

“Tidak melebihi satu tahu. sejak kami aktifkan, outstanding pembiayaan (kredit) KGB Pisan juga menunjukkan tren positif. Nominalnya, yakni Rp62,9 miliar,” paparnya.

Bagaimana dengan pembiayaan berkelanjutan alias green financing?

Ayi Subarna menginformasikan, hingga Maret 2025, nilai penyaluran kredit berkelanjutan bertambah 7,2 persen secara tahunan atau menjadi Rp17,7 triliun.

Nominal pembiayaan berkelanjutan itu, kata Ayi Subarna, berkontribusi 15 persen total kredit.

Masih soal program keberlanjutan, imbuh Ayi Subarna, pihaknya juga menerbitkan Sustainable Bond Tahap I bernilai Rp1 triliun.

Agar kinerja Green Financing lebih moncer, Ayi Subarna mencetuskan bahwa tahun ini, pihaknya berencana Sustainable Honda Tahap II.

Soal perkembangan mobile banking melalui aplikasi DIGI by bank bjb, Ayi Subarna menuturkan, nilai transaksi menggunakan DIGI by bank bjb, yang dimanfaatkan 2,3 juta users, berada pada level Rp89,7 triliun, selama 12 bulan terakhir.

Inovasi digital pun, tambahnya, menunjukkan pergerakan positif pemanfaatan Quick Response Indonesia Standard (QRIS) bank bjb. Saat ini, sebutnya, ada sekitar 1,3 juta merchant yang memanfaatkan pola transaksional cashlesss menggunakan QRIS bank bjb.

Yang juga turut menggeliat, ungkap Ayi Subarna, adalah bertambahnya Agen Laku Pandai Bisa. “Saat ini, jumlah Agen Laku Pandai Bisa sebanyak 27.404 agen,” imbuh dia.

Ayi Subarna juga berbicara tentang perkembangan pengelolaan Dana Pihak Ketiga (DPK). Secara konsolidasi, ungkap Ayi Subarna, hingga Maret 2025, pihaknya mengelola DPK yang total nominalnya Rp153.8 trilliun. (win)