Insinerator menawarkan berbagai manfaat, seperti mengurangi kebutuhan lahan untuk pembuangan akhir serta menghasilkan pupuk dari proses pembakaran.
Teknologi ini dianggap sebagai salah satu cara yang efisien untuk menangani sampah yang sulit terurai, terutama di kota-kota besar yang menghadapi keterbatasan lahan.
Apalagi, saat ini, perihal sampah di Bandung Raya jika tidak teratasi, TPA Sari Mukti dikhawatirkan tidak menerima sampah pada Januari 2025.
“Alhamdulilah insinerator, solusi sampah yang kami ciptakan ini dalam bentuk yang sesederhana mungkin dimana bahan-bahan pembentukannya mudah didapatkan di Indonesia dan tidak perlu tambahan bahan pembakar seperti bensin, solar, atau gas elpiji,” ungkap Heru, penemu insinerator tanpa bahan pembakar tambahan, Sabtu (02/11/2024).
“Dengan insinerator yang tanpa pembakar tambahan seperti bahan bakar bensin ini menjadikan cost operationalnya jadi murah dan berkelanjutan. Beda apabila pembakaran di insinerator menggunakan bahan pembakar tambahan seperti adanya penggunaan gas dari tabung elpiji, atau bensin, dampaknya cost atau pengeluaran jadi bertambah dan hal inilah yang menjadikan program pengolahan sampah dengan incinerator jadi tidak berlangsung lama,” ujarnya.
Heru pun menuturkan dengan pengolahan sampah yang hemat dan bisa dioperasikan dengan mudah tak heran di desa Cilampeni Kab. Bandung sendiri sudah terselesaikan masalah sampahnya.
Ia juga menjelaskan dengan keberhasilan pengelolaan sampah di desa Cilampeni ini membuat tertarik Kepala Desa di Bali, I Wayan Tantra berkunjung bersama kepala desa lainnya ke desa Cilampeni. Mereka diterima oleh Aep Saepuloh, Kepala desa Cilampeni.
Para kepala desa dari Bali hadir bertujuan untuk studi banding dan ingin melihat keberhasilan desa Cilampeni tersebut mengatasi sampah yang ada di masyarakat.
“Persoalan sampah di kami itu harus selesai di desa kami. Kami tidak ingin mendzolimi orang/daerah lain (TPA Sari Mukti) dengan sampah yang berasal dari kami,” kata Aep Saepuloh, Kepala desa Cilampeni menambahkan.
“Usaha penyelesaian sampah ini di desa Cilampeni ini dilakukan agar menjadi sebuah metode yang baik dalam pembangunan di desa ini. Dan untuk mencapai target yang kami tetapkan, kami akan membangun sebuah sistem yang selama ini bisa menyelesaikan sebagian sampah yang berasal dari masyarakat desa Cilampeni,” papar Aep.
Kepala desa Cilampeni menerangkan bahwa di desanya sudah ada 2 insinerator yang kemungkinan di tahun 2025 akan ditambah sebanyak 6 unit insinerator lagi.
Aep pun merasa bahagia karena respon puas yang diutarakan oleh tiga kepala desa dari Bali yang berkunjung dan studi banding ke desa Cilampeni. Mereka pun akan melakukan langkah yang sama untuk solusi sampah di desanya kelak dengan menggunakan insinerator tanpa tambahan bahan pembakar sampah.
“Mesin pengolah sampah insinerator yang ada di desa Cilampeni ini sangat bagus dan yang kedua dalam proses pembakarannya tidak memakai tambahan alat untuk membakar seperti bensin,” jelas I Wayan Tantra mewakili kepala desa lainnya.
“Dan yang utama adalah, biaya untuk pembelian dan pembangunan mesin ini tidak mahal sehingga akan diminati pula oleh kepala desa lainnya yang ada di Bali,” pungkas I Wayan menutup pembicaraan.