Menurut data dari WHO, sekitar 1 dari 700 bayi yang lahir di dunia mengalami bibir sumbing/celah bibir dan langit-langit.
Di Indonesia, Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) yang didukung oleh Smile Train mengadakan kegiatan yang terus mendukung anak-anak yang lahir dengan kondisi ini, melalui operasi gratis dan dukungan psikologis.
“Kegiatan Lighting Up The World With Smiles ini setiap tahun diadakan oleh Yayasan YPPCBL dan didukung juga oleh Smile Train. Peserta yang terlibat adalah para anak-anak yang telah mendapatkan operasi dan juga peran serta dari residen kami, residen bedah mulut maksilofasial Universitas Padjadjaran juga dari residen bagian pedodonsia,” ujar Dr. Agus Nurwiadh, drg., Sp.BM (wakil ketua I YPPCBL) Ciwalk, Bandung.
“Selain tamu lain yang hadir, juga para pengurus dan staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, tuturnya. Senin (07/10/24)
Dan Agus pun menyepakati etika ditegaskan bahwa kegiatan sosial yang sekarang diadakan merupakan salah satu bentuk support pengabdian juga dari Universitas Padjajaran.
Menurut Prof. Eriska Riyanti, drg, Sp. KGA (wakil ketua II YPPCBL) juga menjelaskan bahwa kegiatan World With Smiles ini dirayakan seluruh dunia.Sementara untuk yang di wilayah seluruh se-Asia Tenggara, Smile Train mengadakan pestanya terpusat di Bandung.
“Sebenarnya, tamu-tamu kita yang hadir tersebut bukan hanya dari kota Bandung, tetapi ada juga dari kota-kota yang lain, seperti tadi ada dua anak kecil yang berfashion show di atas panggung, dia berasal dari Banda Aceh dan Mataram,” ujar Eriska menambahkan.
Eriska pun menerangkan bahwa faktor penyebab celah bibir itu berasal dari banyak faktor. Jadi, penyebab malnutrisi, faktor genetika atau keturunan itu bukan salah satu faktor yang bisa diklaim,tetapi penyebabnya tersebut multifactor. Yang berarti ada faktor eksternal dan internal juga.
“Kalau penyebab celah bibir dan langit-langit ini sebenarnya bisa terjadi di semua strata, baik kelas menengah atas atau bawah. Tetapi, yang banyak kita bantu untuk penderita celah bibir dan langit-langit ini banyak yang berasal dari strata menengah ke bawah. Namun, kasus kejadian sebenarnya tidak hanya terkena pada orang-orang kelas menengah ke bawah tetapi masyarakat kelas menengah ke atas pun banyak,” jelas Eriska.
“Di data berkaitan dengan penurunan atau peningkatan pasien celah bibir dan langit-langit ini secara lengkap berbasis risetnya memang masih belum lengkap. Akan tetapi, Upaya untuk mengarah kepada pencegahan celah bibir dan langit-langit ini sampai sekarang, risetnya masih terus berjalan,” info sang professor.
Eriska menuturkan bahwa proses perisetannya terus berjalan apakah hal tersebut berjalan dalam bentuk pemberian gizi yang baik, penyuluhan-penyuluhan agar tidak terjadi celah bibir dan langit-langit pada anak, ataupun dalam hal penelitian-penelitian yang sifatnya adalah genetic monokuler dimana sampai sekarang masih terus berkembang. Dan dokter Agus juga merupakan salah satu peneliti yang terkait dengan celah bibir dan langit-langit.
Agus pun menerangkan perihal keterkaitan antara stunting yang terjadi di masyarakat dengan celah bibir dan langit, hal tersebut ada keterkaitannya karena dari faktor multifactorial yang telah dijelaskan oleh Profesor Eriska, salah satu penyebannya adalah nutrisi.
Akan tetapi, dari hal nutrisi tersebut ada unsur makro atau mikronya. Kebanyakan dari unsur mikrolah yang kadang-kadang banyak terlupakan. Misalnya defisiensi vitamin D12, defisiensi folat,dan protein-protein lainnya yang seringkali jarang tersentuh.
“Jadi, apabila dikatakan stunting menjadi salah satu aspek penyebab celah bibir dan langit, ya betul. Karena banyak dari pasien yang stunting juga mengalami celah bibir, walaupun tidak semua yang stunting gitu menderita celah bibir,” tutur Agus.
“Untuk celah bibir yang sindrom, sebetulnya penyebannya adalah multi faktor. Jadi, kombinasi antara faktor genetika dan lingkungan tapi semua faktor ini saling berkontribusi di dalam menyebabkan kegagalan penyatuan bibir selama embryonal. Saya harapkan kepada Masyarakat terutama ibu-ibu yang sedang atau merencanakan memiliki anak mulai memperhatikan setiap faktor yang kira-kira dapat beresiko terhadap terjadinya celah bibir dan langit-langit,”jelas Agus.
Ia pun mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang penting adalah nutrisi. Nutrisi ini harus dipersiapkan, harus cukup, bahkan sebelum masa kehamilan, hal ini akan menjamin proses perkembangannya janin dan tentu saja dalam pembentukan mulut dan wajah itu akan berlangsung dengan baik.
“Kalau untuk pendanaan terkait dengan pembedahan dan pelayanan berikutnya setelah pembedahan,itu kita ada beberapa sumber dana yang memang didapatkan. Yang paling besar, seperti kegiatan sekarang didanai oleh Smile Train. Smile Train di Indonesia yang merupakan cabang Smile Train di Amerika Serikat, Newyork. Dan kemudian ada juga beberapa organisasi-organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat yang memberikan bantuan. Dan kemudian juga ada terkait dengan perorangan serta pendanaan dari YPPCBL itu sendiri,”pungkas Eriska menutup pembicaraan.