Acungan Jempol Bagi Bank BJB Syariah, Performanya Apik , Laba Bertambah, Aset Berlimpah, Apa Strateginya?

0
Bank BJB Syariah salurkan pembiayaan Rp10,21 triliun hingga semester pertama 2025. (Facebook)

PENTAS.TV – BANDUNG, Memang, hingga kini, pergerakan perbankan syariah di Indonesia belum seagresif konvensional. Meski demikian, banyak perbankan syariah tetap menunjukkan performa dan kinerja apik.

Satu di antaranya anak usaha PT Bank Pembangunan Daerah Jabar-Banten Tbk Perseroda alias bank bjb, PT Bank Jabar-Banten Syariah atau bank bjb Syariah (bjbs).

Apa buktinya?

Arief Setyahadi, Direktur Utama bjbs, mengklaim pihaknya berhasil menorehkan kinerja apik hingga berakhirnya semester perdana 2025.

“Bahkan, perkembangan kinerja positif itu melampaui pencapaian rata-rata industri perbankan,” tandas pria asal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut.

Ada beberapa hal, ujar Arief Setyahadi, yang menjadi indikator pergerakan positif industri perbankan syariah yang dia nakhodai tersebut.

Antara lain, sebut dia, perolehan laba bersih. Hingga akhir Juni 2025, tutur pria yang pernah memimpin PT Bank Danamon Indonesia Tbk Wilayah Jabar itu, pihaknya membukukan perolehan laba yang bernilai Rp27,07 miliar.

Nominal perolehan laba tersebut, jelasnya, lebih banyak 16,81 persen daripada pencapaian periode sama 2024, yang angkanya Rp23,17 miliar.

Bergeliatnya perolehan laba itu, lanjut dia, berkat gacornya penyaluran pembiayaan. Arief Setyahadi menuturkan, hingga semester pertama 2025, bebernya, perbankan yang bermarkas di Jalan Braga Bandung itu menggelontorkan pembiayaan yang lebih banyak 11,93 persen daripada periode sama 2024.

“Nominalnya, menjadi Rp10,21 triliun,” ucap Arief Setyahadi.

Gacornya pembiayaan tersebut, tambah Arief Setyahadi, diimbangi oleh pergerakan positif rasio Non-Performing Finance (NPF).

“Pada semester pertama tahun ini, posisi NPF Gross yakni 3,82 persen. Sedangkan NPF Net yaitu 2,17 persen,” sambung dia

Tidak itu saja, lanjut dia, kepercayaan publik pun semakin kuat. Dasarnya, kata Arief Setyahadi, tercermin pada semakin banyaknya nilai kelolaan Dana Pihak Ketiga (DPK).

“Hingga Juni 2025, nilai kelolaan DPK pada level Rp11,02 triliun, bertambah 10,12 persen secara tahunan,” sahut Arief Setyahadi.

Menterengnya performa dan kinerja tersebut, ungkapnya, juga berkat implementasi efisiensi. Terbukti, katanya, rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), yang posisinya menjadi 94,29 persen.

Rasio permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR), tambahnya, juga menunjukkan pergerakan positif, yakni menjadi 18,33 persen.

Agar performa dan kinerja tetap gemerlap, Arief Setyahadi menyatakan, pihaknya memiliki beberapa jurus.

Antara lain, ujarnya, secara konsisten, fokus pada pemerkuatan intermediasi. “Lalu, kualitas aset harus tetap positif. Selain itu, tetap menerapkan taktik efisiensi operasional,” imbuh dia.

Kiat lainnya, beber dia, yakni memperkuat pendanaan dan permodalan. Caranya, urai Arief Setyahadi, menerbitkan surat berharga perdana, yaitu Sukuk Wakalah bi al-Istitsmar Subordinasi I Tahun 2025 bernilai Rp300 miliar.

Surat berharga itu, jelasnya, terdiri atas dua jenis. Pertama, sebutnya, Seri A bernominal Rp230 miliar yang bertenor 5 tahun serta berimbal hasil 8,7 persen.

“Kedua, Seri B. Nilainya Rp60 miliar bertenor 7 tahun dan imbal hasilnya 9 persen,” sahutnya.

Jurus selanjutnya, tambah Arief Setyahadi, yakni secara konsisten membidik sektor-sektor prioritas, yang tentunya, berandil serta berperN penting sebagai penunjang proyek-proyek pembangunan daerah.

Di antaranya, lanjut Arief Setyahadi, sektor pendidikan, kesehatan, serta ekosistem keuangan, seperti ekosistem pesantren dan masjid.

Strategi lain yang tidak kalah pentingnya, cetus dia, yaitu terus menyempurnakan pelayanan melalui pengembangan produk-produk kebutuhan publik.

“Termasuk, memperkuat pelayanan berbasis digital,” pungkasnya. (win/*)