PENTAS.TV – BANDUNG, Banyak aspek dan faktor agar kedaulatan sebuah negara menjadi lebih kokoh. Yakni, memiliki sistem keamanan nan mumpuni.
Karena itu, sebagai Holding Company industri pertahanan nasional, DEFEND ID alias PT Len Industri (Persero) berkomitmen kuat untuk mewujudkannya.
Terbukti, korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang pada awal kehadirannya pada 1962 bernama Lembaga Elektroteknika Nasional (LEN)-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini punya sejumlah fokus utama. Satu di antaranya, pengembangan chip semikonduktor.
Dewanda Dwi Putera, Corporate Secretary PT Len Industri (Persero), mengungkapkan, sejatinya, pada era 1980-an, pihaknya menggarap proyek semikonduktor.
Namun, lanjutnya, sekitar satu dekade berikutnya atau 1990-an, proyek itu pihaknya serahkan kepada Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk pengkajian lebih lanjut
Selain itu, ujarnya, kala itu, ekosistem chip semikonduktor belum terbentuk. Secara tidak langsung, sambungnya, pasarnya pun belum menunjukkan sinyal positif.
Akan tetapi, dalam perkembangannya, terlebih pada era digitalisasi, lanjut pria berkaca mata ini, secara perlahan, ekosistem chip semikonduktor terbentuk.
Buktinya, saat ini, hanya tiga negara yang memproduksi chip semikonduktor. “Yakni, Amerika Serikat (AS), China, dan Taiwan,” ujarnya.
Dewanda Dwi Putera meneruskan, ada beberapa hal yang mendasari pihaknya untuk menggarap proyek pembuatan chip semikonduktor.
Pada tahap awal, ungkapnya, penggarapan proyek chip semikonduktor yakni untuk memperkuat sistem pertahanan berbasis teknologi digital.
Sebenarnya, lanjut dia, ada opsi lain untuk pemenuhan kebutuhan chip semikonduktor, yakni melalui importasi.
Akan tetapi, ujar dia, tidak tertutup kemungkinan, produk impor semikonduktor itu bisa terintervensi oleh negara produsennya.
Apabila terjadi intervensi oleh negara produsen, tuturnya, beragam peralatan berteknologi bisa tidak berfungsi secara optimal.
“Karena itu, penggarapan proyek pembukaan chip semikonduktor termasuk fokus kami,” tegasnya.
Mengenai realisasi penggarapan proyek chip semikonduktor, Dewanda Dwi Putera mengungkapkan, berdasarkan road map, rencananya, proyek ini berlangsung selama 30 tahun. “Start awal pada 2025,” beber dia.
Sejatinya, kata Dewanda Dwi Putera, Indonesia memiliki sumber daya alam sebagai bahan baku pembuatan chip semikonduktor.
Meski demikian, tambahnya, Dewanda Dwi Putera, merealisasikan proyek chip semikonduktor bukan perkara mudah. Ada beberapa aspek yang harus terpenuhi.
Antara lain, sebutnya, kesiapan infrastruktur penunjang. Lalu, Sumber Daya Manusia (SDM). Yang tidak kalah krusialnya, ucap dia, yakni pendanaan.
Dia berpendapat, untuk membangun atau menggarap proyek chip semikonduktor, kebutuhan dananya sangat fantastis. Dia mengestimasi, angkanya bisa mencapai triliunan rupiah.
Demi merealisasikannya, Dewanda Dwi Putera mengatakan, pihaknya menjalin komunikasi dengan seluruh stakeholder holder, termasuk pemerintah. Di antaranya, Kementerian Pendidikan Tinggi dan Sains.
Tidak itu saja, imbuhnya, pihaknya juga membuka kolaborasi dengan produsen chip semikonduktor, yakni China dan Taiwan. Bentuk sinerginya, kata dia, berupa transfer knowledge technology.
Pada tahap awal, sinergi untuk merealisasikan proyek chip semikonduktor tersebut yakni, menjadi bagian supply chain (rantai pasok).
Namun, beber dia, belum ada kesepakatan apa pun berkenaan dengan kolaborasi dengan ntara negara-negara tersebut. “Masih terbatas diskusi,” ucapnya. (win/*)














