PENTAS .TV – BANDUNG, Sebuah keniscayaan mutlak bagi setiap korporasi, terutama yang berlabel Badan Usaha Milik Negara (BUMN) unik terus menorehkan performa serta kinerja mentereng.
Hal itu juga berlaku bagi setiap korporasi perbankan pelat merah, yang satu di antaranya adalah PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk (Persero).
Terbukti, lembaga perbankan yang tergabung dalam Himpunan Bank’ Negara (Himbara) tersebut terus mencatat performa apik.
Satu indikatornya yakni kekayaannya yang semakin tajir. Itu terjadi setelah PT BNI Tbk (Persero) membukukan cuan berupa laba bersih bernilai jumbo. Hingga semester I 2025, laba bersih yang diraup PT BNI Tbk Persero melampaui level Rp10 triliun, tepatnya sekitar Rp10,1 triliun.
Kepada media, Alexandra Askandar, Wakil Direktur Utama PT BNI Tbk (Persero), mengemukakan, perolehan laba bersih bernilai megah hingga semester perdana 2025 itu berkat gemilangnya performa sejumlah lini bisnis.
Alexandra Askandar mencontohkan lini bisnis kredit atau pembiayaan. Hingga Juni 2025, bebernya, pihaknya menyalurkan kredit yang secara tahunan, nominalnya bertambah 7,1 persen atau posisinya menjadi Rp778,7 triliun.
Geliat penyaluran pembiayaan itu, tuturnya, ditopang moncernya kredit korporasi yang secara tahunan, hingga Juni 2025, bertambah 10,4 persen atau menjadi Rp435,8 triliun.
Penyaluran kredit konsumer pun, sambungnya, menunjukkan pergerakan positif. Hingga akhir bulan keenam 2025, ujar Alexandra Askandar, nominal kredit konsumer pada level Rp147,0 triliun atau bertambah 10,7 persen secara tahunan.
Selain itu, tambahnya, hingga periode sama tahun ini, penyaluran pembiayaan bagi sektor Usaha Mikro-Kecil-Menengah (UMKM) non-Kredit Usaha Rakyat (KUR), juga bergairah.
“Realisasi kredit bagi UMKM yakni Rp44,4 triliun atau lebih banyak 9,2 persen daripada pencapaian semester I 2024,” paparnya.
Begitu pula dengan kredit komersial. Secara tahunan, imbuh dia, pihaknya membukukan penyaluran kredit komersial yang lebih banyak 5,5 persen secara tahunan pada Juni 2025.
Gacornya penyaluran kredit, tukasnya, pihaknya imbangi oleh stabilnya posisi rasio Non-Performing Loan (NPL), yakni pada level 1,9 persen.
Bagaimana soal perkembangan pengelolaan Dana Pihak Ketiga (DPK)?
Hussein Paolo Kartadjoemena, Direktur Finance & Strategy PT BNI Tbk (Persero), menginformasikan, posisi pengelolaan DPK hingga Juni 2025 lebih banyak 16,5 persen daripada periode sama tahun sebelumnya.
“Nominalnya, yakni sekitar Rp9.000 triliun,” sebut Hussein Paolo Kartadjoemena. Kontributor terbesar, sahut dia, yakni Current Account Savings Account (CASA) alias dana murah, yang terdiri atas giro dan tabungan.
Hingga semester pertama 2025, ungkap Hussein Paolo Kartadjoemena, pengelolaan CASA bergeliat 18,7 persen secara tahunan atau menjadi Rp Rp647,6 triliun.
Secara komposisi, ungkapnya, CASA mendominasi pengelolaan DPK, yakni sebesar 72,0 persen. Sisanya, sambungnya, yakni dana mahal berupa deposito.
Dia mengatakan, pergerakan positif nominal pengelolaan DPK, khususnya CASA, memperkokoh struktur pendanaan, yang skema pelayanannya terus bertransformasi digital.
Hal itu , lanjutnya, sebagai daya dukung agar secara long term, struktur funding semakin kuat dan kokoh. (win/*)