PENTAS.TV – BANDUNG, Terjadinya bencana hidrometeorologi nan dahsyat yang memporak-porandakan belasan kota-kabupaten Daerah Istimewa (DI) Aceh, yakni banjir dan longsor, menggerakkan korporasi-korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) turun tangan mengatasinya.

Satu di antara korporasi-korporasi BUMN tersebut yakni holding DEFEND.ID, PT Len Industri (Persero).

Dalam mengatasi banjir dan longsor Aceh, korporasi Merah Putih yang bermarkas di Jalan Soekarno-Hatta 442 Bandung ini menggunakan jalur langit .

Kok bisa? Apa bentuknya?

Dalam keterangannya, Joga Dharma Setiawan, Direktur Utama PT Len Industri (Persero), mengungkapkan, bersama Kementerian Pertahanan (Kemenhan) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pihaknya mengaktifkan inovasinya berupa sistem monitoring perkembangan bencana yang melanda Aceh berteknologi canggih.

“Yakni, berupa teknologi satelit observasi,” tandas Joga Dharma Setiawan.

Selain itu, tuturnya, teknologi itu mempermudah sekaligus mempercepat proses evakuasi para korban, pendistribusian bantuan, dan lainnya, termasuk membuat sebuah keputusan krusial.

Teknis pemantauannya, yang mengombinasikan Citra Optik Resolusi tinggi plus Synthetic Aperture Radar (SAR), lanjut dia, mencakup wilayah yang luas, yakni DI Aceh dan Sumatera Utara, termasuk Sumatera Barat.

Aktivasinya, jelas dia, berbasis perbandingan Sentinel-2 Very High Resolution, Mosaic Planet, dan BlackSky yang terintegrasi dengan data Open Street Map.

Berkat teknologi itu, pihaknya mendeteksi kondisi di wilayah perbatasan Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe.

Antara lain, beber dia, adanya sekitar 856 unit bangunan yang terendam banjir. Deteksi lainnya, sahut dia, adanya potensi banjir yang bisa menggenangi 1.616 unit bangunan lainnya.

Hasil pendeteksian selanjutnya, imbuh dia, yakni adanya temuan soal 50 titik longsor plus 5 ruas jalan terputus di Kabupaten Takengon.

Di Kabupaten Bireuen, berkat sistem canggih tersebut, kata Joga Dharma Setiawan, pihaknya mengidentifikasi adanya sekitar 413 bangunan terendam banjir serta 796 bangunan lainnya yang berpotensi mengalami hal sama.

Joga Dharma Setiawan mengatakan, teknologi-teknologi itu menginformasikan situasi dan kondisi, guna mendukung proses penanganan kedaruratan di Aceh secara lebih responsif.

Selain itu, imbuhnya, juga mengidentifikasi rasio kerusakan di wilayah-wilayah terdampak banjir serta longsor. (win/*)