PENTAS.TV – BANDUNG, Selama periode 2025, perekonomian global mengalami beragam dinamika. Misalnya, terjadinya trade war antara Amerika Serikat (AS) dan China. Lalu, adanya konflik geopolitik Rusia-Ukraina, termasuk kisruh Israel-Iran.

Meski begitu, publik Jabar masih bisa tersenyum. Pasalnya, perekonomian Jabar tetap bergairah.

Darwisman, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jabar, mengiyakan bergairah dan bergeliatnya perekonomian Tatar Pasundan.

“Satu indikatornya yakni kinerja perdagangan. Selama tahun ini, perdagangan Jabar surplus. Nominalnya 22,27 miliar dolar AS,* tandas Darwisman.

Dia mengatakan, ada beberapa negara yang berkontribusi besar pada terjadinya surplus perdagangan Jabar. Yaitu, ujarnya, AS, Thailand , Vietnam, dan Filipina,

Lain halnya dengan China dan Taiwan. Pada tahun ini, kata Darwisman, dua negara Asia Timur yang saling bertetanggaan itu ,justru berkontribusi pada terjadinya defisit neraca perdagangan tatar Pasundan.

Mengacu pada data, lanjut dia, selama tahun ini, walau diwarnai kondisi yang fluktuatif pada setiap triwulannya, pergerakan ekonomi Bumi Parahyangan masih on the track, sejalan dengan perkembangan level nasional.

Berpatokan pada Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor dunia usaha, industri merupakan kontributor paling akbar. Persentasenya, sebut Darwisman, yakni 40,94 persen.

Sektor berikutnya yang turut berkontribusi, ungkapnya, adalah perdagangan, pertanian, dan konstruksi, termasuk transportasi.

Di antara sektor-sektor selain industri, tersebut, transportasi mengalami perkembangan paling besar. “Yaitu 11,62 persen,” sebut dia.

Darwisman menyatakan, seiring dengan bergeliatnya perdagangan Jabar, rasio kesejahteraan masyarakat pun menunjukkan perkembangan positif.

Antara lain, kata dia, persentase rasio pengangguran Jabar pada level 6,77 persen. “Rasio kemiskinan pun berada pada tren yang cukup positif, yaitu 7,02 persen,” kata dia.

Pun dalam hal perkembangan Indikator Pembangunan Manusia (IPM) juga bergeliat 75,90 persen.

Sayangnya, tukas dia, pada bulan ke-10 Oktober 2025, perkembangan inflasi Jabar justru kurang menggembirakan. Pada akhir Oktober 2015, posisinya sedikit bertambah menjadi 2,63 persen.

Kendati demikian, Darwisman mengklaim bahwa secara umum, perekonomian Jabar masih on the track recovery dan penguatan ekonomi. (win/*)