PENTAS.TV – BANDUNG, Terjadinya berbagai dinamika, baik global, maupun domestik, berpengaruh pada perkembangan berbagai sektor ekonomi nasional, termasuk Jabar.
Walau demikian, industri perbankan Tatar Pasundan tetap sanggup menunjukkan performa dan kinerja apiknya.
Apa buktinya?
Darwisman, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jabar, mengklaim bahwa industri perbankan Jabar tetap bergairah selama periode Januari-Juli 2025.
“Hal i tu, tercermin pada pergerakan positif beberapa aspek,” tandas Darwisman dala Paparan Kinerja Industri Perbankan Jabar.
Darwisman mengatakan, satu indikator moncer dan apiknya kinerja perbankan Jabar, yaitu sektor tersebut semakin kaya raya.
Pasalnya, hingga Juli 2025, perbankan Jabar memiliki kekayaan berupa aset yang secara tahunan bertambah 1,78 persen atau menjadi Rp1.027,93 triliun.
Realisasi aset perbankan Jabar hingga periode sama tahun lalu, lanjutnya, pada posisi Rp1.009,96 triliun.
Perbankan paling cuan, lanjutnya, yakni perbankan umum. Asetnya, sebut dia, bernilai Rp995,02 triliun.
Sisanya, lanjut dia, tercatat sebagai aset perbankan segmen Bank Perekonomian Rakyat (BPR). “Nominalnya (aset BPR) yaitu Rp32,97 triliun,” sambung dia.
Indikator lainnya, ujar Darwisman, yakni masifnya gelontoran kredit. Hingga bulan ketujuh 2025, perbankan Jabar menyalurkan pembiayaan bernominal Rp1.027,80 triliun, lebih banyak 2,79 persen daripada realisasi akhir Juli 2024, yang angkanya Rp999,86 triliun.
Nilai kredit terakbar, tukasnya, disalurkan perbankan umum. Posisinya hingga Juli 2025, ucap Darwisman, adalah Rp1.004,47 triliun. Sebanyak Rp23,32 triliun sisanya, kata dia, merupakan pembiayaan yang disalurkan BPR.
Hebatnya, penyaluran kredit bernilai mewah itu imbuhnya, diimbangi oleh rasio Non-Performing Loan (NPL) yang positif, yakni 3,58 persen.
Selain masifnya pembiayaan atau kredit, hingga Juli 2025, beber Darwisman, perbankan Jabar mengelola Dana Pihak Ketiga (DPK) yang lebih berlimpah 4,39 persen daripada periode sama 2024, atau bernilai Rp721,38 triliun.
“Perbankan umum tetap menjadi pengelola DPK paling banyak nominalnya, yaitu Rp698,02 triliun. Sebagian lainnya, yaitu bernilai Rp22,85 triliun, dikelola BPR,” pungkasnya. (win/*)