PENTAS.TV – BANDUNG, Demi terpenuhi dan terakomodirnya kebutuhan energi listrik, pemerintah menyiapkan dan menyusun berbagai strategi sekaligus mengimplementasikannya.
Terlebih, pada era pengembangan go green & clean energy, bersama lembaga-lembaga, termasuk korporasi-korporasi berlabel Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pemerintah terus berinovasi. Hasilnya, berupa pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi listrik.
Caranya, melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero), pemerintah membangun, mengembangkan, dan mengaktifkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung terakbar di kawasan Asia Tenggara, yakni PLTS Terapung Cirata, Kabupaten Purwakarta.
Dimas Kaharudin Indra Rupawan, Presiden Direktur PT Pembangkitan Jawa Bali-Masdar Solar Energi (PMSE), anak usaha PT PLN Persero), mengemukakan, pengembangan tenaga surya sebagai sumber energi listrik termasuk upaya jajarannya mengembangkan dan memanfaatkan The Newable Renewable & Energy alias Energi Baru-Terbarukan (EBT) secara optimal.
Inovasi ini pun, sambungnya, membuktikan keseriusan jajarannya untuk menyediakan Clean & Green Energy secara berkelanjutan.
Selain itu, ujarnya, juga menjadi bukti bahwa melalui PLTS Terapung Cirata, pihaknya sangat mendukung serta mengakselerasi tercapainya Net Zero Emissions (NZE) yang dicanangkan pemerintah tersebut terealisasi pada 2060.
Dimas Kaharudin Indra Rupawan meneruskan, sejatinya, ide pembangunan PLTS Terapung Cirata ini tercetus pada 2012.
Yakni, membangun sebuah pembangkit melalui pemanfaatan perairan, seperti waduk atau danau,Nyang lebih efisien dalam hal kebutuhan lahan.
Secara bisnis, ujarnya, pengembangan PLTS Terapung Cirata pun karena potensi pasar elektrik di Indonesia besar.
“Pemanfaatan energi fosil di Indonesia masih tergolong masif, yakni sekitar 87 persen. Nah, adanya agenda NZE 2060, membuka peluang untuk pengembangan EBT, termasuk Tenaga Surya,” paparnya.
Setelah melalui berbagai proses pembicaraan, pembahasan, dan pengkajian, ungkapnya, pada 2021, pekerjaan konstruksi pembangunan PLTS Terapung Cirata bergulir.
“Akhirnya, November 2023, PLTS Terapung Cirata memulai operasionalnya,” tukasnya.
Untuk membangun PLTS, ini, Dimas Kaharudin Indra Rupawan mengemukakan, pihaknya, yang memiliki total aset bernilai 116 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1.924,28 triliun, membutuhkan biaya investasi yang masif. Angkanya, sahut dia, yakni 144 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp2 triliun.
Dana investasi itu, jelasnya, merupakan konsorsium antara PT PLN (Persero) dan Ubi Emirat Arab (UEA).
Kini, lanjutnya, PLTS Terapung Cirata, yang berkapasitas 200-300 Giga Watt hour (GWh) per tahun dan saham mayoritasnya sebesar 51 persen dimiliki PT PLN (Persero),tidak hanya sebagai penopang pasokan energi listrik, tetapi juga benchmark sekaligus inspirasi bagi proyek- proyek sejenis di Indonesia.
Misalnya, sebut dia, pembangunan pembangkit listrik Karangkates Jatim dan Tembesi Batam “Termasuk, dua pembangkit di Jabar, yaitu Saguling dan Jatigede,” tutup dia. (win/*)