PENTAS.TV – BANDUNG, Agar setiap proram berbagai sektor berimbas positif bagi masyarakat dan menuai hasil optimal , tentunya, butuh perencanaan matang, baik bersifat short term, maupun long term.
Begitu pula pada sektor ketenagalistrikan. Supaya sektor ini berdampak positif bagi masyarakat, tidak hanya soal kapasitas serta pasokan, tetapi juga berkenaan dengan ketenagakerjaan, pemerintah memberlakukan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) 2025–2034.
RUPTL ini punya peran luar biasa. Tidak hanya katalisator utilisasi The Newable & Renewable Energy alias Energi Baru Terbarukan (EBT) secara masif, tetapi juga menjadi trigger terbukanya peluang kerja berskala jumbo
Bahlil Lahadalia, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). mengemukakan, pada RUPTL 2025-2034, ada sebuah proyeksi pemerintah berkenaan dengan ketenagakerjaan sektor energi listrik.
“Yakni, adanya potensi ketersediaan 1,7 juta peluang kerja. Sekitar 760 ribu peluang kerja di antaranya berkatagori The Green Jobs pada sejumlah pembangkit listrik berbasis The Green Energy,” tandas Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golongan Karya (Golkar) ini, dalam keterangannya.
Bahlil Lahadalia menjelaskan, sekitar 1,7 juta peluang kerja itu terdiri atas 881 tenaga kerja bidang transmisi, gardu induk, dan distribusi ketenagalistrikan. Sisanya, lanjut dia, sekitar 836 ribu tenaga kerja bidang pembangkit, yang 91 persen atau sejumlah 760 ribu di antaranya berkaitan dengan The Green Jobs.
Dalam The Green Jobs, Bahlil Lahadalia membeberkan posisi dan peluang kerjanya secara rinci.
Yakni, sebutnya, sebanyak 348.057 tenaga kerja ada pada Solar Cell alias Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Lalu, sambungnya, ada sebanyak 129.759 tenaga kerja yang bisa terserap Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)-Pembangkit Listrik Tenaga Mini-hidro (PLTMh).
“Kemudian, PLTA The Pumpung Storage punya kapasitas untuk menyerap sebanyak 94.195 tenaga kerja,” tambah Bahlil Lahadalia.
Berikutnya, imbuhnya, yakni potensi penyerapan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) sebanyak 58.938 tenaga kerja,
Selanjutnya, ujarnya, daya serap Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan Sistem Penyimpanan Baterai, ujarnya, masing-masing sebanyak 42.700 orang serta 68.193 orang.
Bagaimana tentang Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm)?
Bahlil Lahadalia menuturkan, PLTBm punya kemampuan menyerap 7.197 tenaga kerja. Begitu juga dengan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) yang berkemampuan menyerap 1.481 tenaga kerja.
“Sedangkan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dan PLTAL (Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut), berpotensi menyerap sebanyak 2.429 tenaga kerja serta 341 tenaga kerja,” paparnya.
Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PT PLN (Persero), mengiyakan bahwa peran RUPTL 2025-2034 tidak hanya menjamin ketersediaan dan pasokan energi nasional secara andal dan prima, sekaligus daya dukung terealisasinya agenda Net Zero Emissions (NZE) 2060.
“Tapi, RUPTL 2025-2034 pun termasuk instrumen ekonomi yang krusial dan kuat karena bisa menjadi penopang terciptanya kesejahteraan serta taraf hidup masyarakat yang lebih baik,” urainya.
Selain itu, sahutnya, RUPTL 2025-2034 juga berkesuaian dengan misi dan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada energi.
Apabila swasembada energi tercapai, kata Darmawan Prasodjo, tentunya, berbagai dampak positif dirasakan masyarakat.
Misalnya, ketersediaan peluang kerja karena terbukanya kawasan industri serta ekonomi baru. “Efek positifnya, rasio kemiskinan bisa berkurang, sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik,” pungkasnya. (win/*)