PENTAS.TV – BANDUNG, Meski banyak yang beranggapan bahwa tahun ini, perekonomian nasional belum stabil, beberapa korporasi masih bisa menorehkan performa dan kinerja yang cukup apik.
Satu di antaranya, yakni korporasi perbankan berlabel Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk (Persero).
Buktinya, secara konsolidasi, hingga berakhirnya periode September 2025, perbankan Merah Putih yang tergabung dalam Himpunan Bank Negara (Himbara) tersebut mampu membukukan laba bersih bernilai masif. Nominalnya Rp15,12 triliun.
Berdasarkan pelaporan keuangannya yang terpublikasikan, hingga akhir triwulan III 2025, perbankan pelat merah berkode emiten BBNI itu juga meraup Interest Income bernominal Rp51,16 triliun.
“Perbandingannya dengan realisasi periode sama 2025, yang angkanya Rp48,83 triliun, raupan Interest Income tersebut bertambah 4,77 persen,” tandas Putrama Wahju Setyawan, Direktur Utama PT BNI Tbk (Persero), dalam keterangannya.
Sedangkan beban bunganya, lanjut dia, bernilai Rp21,91 triliun. Ini berarti, jelasnya, hingga September 2025, pihaknya mencatatkan perorehan Net Intereset Income BBNI bernilai Rp29,25 triliun.
Masifnya raupan laba bersih dan Net Interest Income itu, tuturnya, berkat pergerakan positif lini-lini bisnisnya. Antara lain, sambungnya, penyaluran kredit.
Secara kumulatif, hingga akhir bulan kesembilan 2025, ungkapnya, pihaknya menyalurkan kredit yang secara tahunan, nominalnya bertambah 10,5 persen atau menjadi Rp812,2 triliun.
Hussein Paolo Kartadjoemena, Direktur Finance & Strategy PT BNI Tbk (Persero), menambahkan, penyaluran pembiayaan tersebut terdiri atas kredit korporasi.
Kredit ini, tukas dia, hingga September 2025, bertambah 12,4 persen secara tahunan. Posisinya, sebut dia, menjadi Rp450,7 triliun.
“Penyalurannya bagi korporasi-korporasi BUMN, swasta, termasuk sejumlah institusi,” ucap dia.
Lalu, kata Hussein Paolo Kartadjoemena, kredit segmen medium, menggeliat 14,3 persen secara tahunan.
Begitu pula dengan pembiayaan bagi Usaha Mikro-Kecil-Menengah (UMKM) yang berkatagori non-Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang bertambah 13,9 persen secara tahunan menjadi Rp46,3 triliun.
Hussein Paolo Kartadjoemena melanjutkan, penyaluran kredit konsumer pun, hingga September 2025, turut bergairah.
“Nominalnya Rp150,2 triliun. Nilai itu lebih banyak 9,6 persen daripada realisasi periode sama 2024,” sahut Hussein Paulo Kartadjoemena.
Pergerakan positif penyaluran kredit pun, imbuhnya, terjadi pada anak usahanya pada level grup. “Secara tahunan, penyalurannya menggeliat 15,3 persen. Angkanya, yakni Rp17,4 triliu,” sebutnya.
Moncernya penyaluran kredit tersebut, kata Hussein Paulo Kartadjoemena, diimbangi oleh pergerakan positif rasio Non-Performing Loan (NPL). Hingga September 2025, beber dia, posisi NPL Gross berada pada level 2,0 persen.
Tentang perkembangan pengelolaan Dana Pihak Ketiga (DPK), Hussein Paulo Kartadjoemena, mengklaim bahwa nominalnya turut bertambah.
Hingga berakhirnya periode September 2025, sambung dia, pihaknya mengelola DPK bernilai total Rp934,3 triliun atau bertambah 21,4 persen secara tahunan. (win/*)














