Peternakan Sapi Perah Punya Potensi Pembiayaan Perbankan yang Masif, OJK Ungkap Angkanya, Berapa Ya?

0
Peternakan sapi perah punya potensi pembiayaan perbankan yang masif. (Instagram)

PENTAS.TV – BANDUNG, Tidak terbantahkan lagi, bahwa Jabar punya potensi ekonomi yang luar biasa, apa pun sektornya. Satu di antaranya, peternakan, sub-sektor sapi perah.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengabarkan, bahwa peternakan memiliki potensi pasar luar biasa bagi industri perbankan. Yakni, berkenaan dengan penyaluran kredit atau pembiayaan.

Saking akbarnya potensi itu, sejatinya, bisa termanfaatkan industri perbankan sehingga eksistensi para peternak, utamanya sub-sektor sapi perah, di Tatar Pasundan lebih produktif dan berdaya saing.

“Benar. Peternakan Jabar, khususnya sub-sektor sapi perah punya potensi besar dalam hal penyaluran kredit perbankan. Nominalnya Rp1 triliun,” tandas Darwisman, Kepala OJK Jabar.

Agar para peternak, khususnya sapi perah, di Bumi Parahyangan lebih produktif sehingga perekonomian daerah pun bergeliat, Darwisman menuturkan, pihaknya terus memperkokoh kolaborasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar.

Satu caranya, jelas dia, menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) tentang Implementasi Pengembangan Peternak Sapi Perah bersama Pemprov Jabar, Industri Jasa Keuangan (LJK), dan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jabar.

Darwisman mengatakan, kolaborasi tersebut bisa lebih mempercepat penyaluran pembiayaan perbankan secara lebih masif, terutama pada sektor peternakan, khususnya sub-sektor sapi perah.

Berkat penandatanganan MoU itu, Darwisman mencetuskan, pihaknya memproyeksikan penyaluran kredit pada subsektor sapi perah bernilai Rp1,19 triliun atau setara 5,5 persen dari total kredit sektor pertanian dan peternakan.

Darwisman meneruskan, pada 2022, sub-sektor sapi perah terhantam wabah Penyakit Mulut-Kuku (PMK). Akibatnya, kandang sapi anggota GKSI Jabar berkapasitas 21.550 ekor, mengalami kekosongan yang cukup signifikan.

Agar kandang itu kembali terisi, Darwisman mengemukakan, perlu adanya intervensi berupa pembiayaan, yang nominalnya mewah. Perkiraannya, ujar dia, Rp967,75 miliar.

Angka itu berdasarkan estimasi harga sapi perah indukan yang bernilai Rp25 juta per ektor dan sapi perah impor Australia bernominal Rp45 juta per ekor.

Sejatinya, tukas Darwisman, pemerintah melakukan upaya-upaya agar para peternak sapi perah tetap bergeliat dan produktif pada tahun ini. Antara lain, ucapnya, melalui kebijakan yang bersifat short term, berupa importasi sapi perah yang berjumlah 3.500 ekor.

Kebutuhan dananya, beber dia, Rp157,5 miliar. Dua perbankan, sambungnya terlibat dalam program ini. Yakni, sebut Darwisman, PT Bank Pembangunan Daerah Jabar-Banten Tbk (Perseroda) alias bank bjb dan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk (Persero).

Darwisman menambahkan, mengacu pada Statistik Perbankan Indonesia, pada semester pertama 2025, nilai kredit kepada peternakan, sub-sektor pembibitan dan budidaya ternak perah di Tatar Pasundan, secara tahunan bertambah 2,62 persen atau bernilai Rp230.94 miliar.

Meski bertambah, kata dia, faktanya, nilai penyaluran pembiayaan itu baru sebesar 1,07 persen total pembiayaan pada sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan, termasuk peternakan, yang nominalnya Rp21,63 triliun.

Herman Suryatman, Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jabar, mengimbuhkan, terbentuknya kolaborasi ini sangat strategis dan sesuai dengan Rencana Pembangunan Daerah Jabar 2024–2029.

Terlebih, cetusnya, selama dua tahun mendatang, pihaknya mencanangkan Tatar Pasundan menempati posisi terdepan sebagai produsen susu di tanah air.

Herman Suryatman bicara tentang stok sapi perah. Dia mengatakan, tahun ini, populasi sapi perah Jabar berkurang. Pada,2024 sahutnya, Jabar memiliki stok sapi perah sekitar 30 ribu ekor. “Tahun ini, menjadi 14 ribu ekor,” sebut Herman Suryatman.

Efeknya, ungkap dia, produksi susu pun berkurang menjadi 239 ribu liter per tahun, lebih sedikit daripada 2024 yang volumenya 336 ribu liter per tahun. (win/*)