Sukses Uji Coba Pesawat Tanpa Awak UAV DID 3.11 BLOS, Acungan Jempol Layak Bagi PT Len Industri

0
UAV DID 311 BLOS, pesawat tanpa awak produk PT Len Industri (Persero) saat uji coba di Bandara Nusawiru. (Istimewa)

PENTAS.TV – BANDUNG, Sebagai korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), terlebih berstatus Holding Company industri pertahanan nasional, yakni DEFEND.ID, PT Len Industri (Persero) sangat berkepentingan untuk lebih pro-aktif dan berperan memperkuat sistem pertahanan Indonesia berbasis teknologi

Dasar itulah yang membuat korporasi berstatus industri strategis tersebut terus berinovasi. Berkat beragam upaya  dan kerja keras, akhirnya, industri yang bermarkas di Jalan Soekarno-Hatta Bandung itu menuntaskan proyek Unmanned Aerial Vehicle (UAV) DID 3.11 BLOS atau  pesawat tanpa awak.

Tuntasnya proyek itu ditandai oleh keberhasilan PT Len Industri (Persero) melakukan uji coba UAV DID 3.11 Beyond Line of Sight (BLOS) di Bandar Udara (Bandara) Nusawiru Jabar.

Dalam uji coba itu, UAV DID 3.11 BLOS mengudara sejauh 320 kilo meter pada ketinggian 5.000 meter di atas permukaan laut (dpl).

Dalam keterangan resminya, Amalia Maya Fitri, Direktur Teknologi & Manajemen Risiko PT Len Industri (Persero), menyatakan bahwa teknologi UAV menjelma sebagai  game changer sistem  pertahanan modern.

Dalam berbagai konflik bersenjata era kontemporer, lanjut Amalia Maya Fitri, UAV punya peran strategis. Di antaranya, sebut dia, pengintaian, serangan presisi, dan dominasi medan tempur.

Selain itu, kata Amalia Maya Fitri, UAV juga punya peran penting lainnya, tidak hanya berkaitan dengan militeristik. Akan tetapi, sahutnya, UAV juga bisa punya peran krusial pada sektor non-militer.

Umpamanya, sebut dia, monitoring wilayah. Lalu, bisa memantau kawasan pertanian secara presisi. Kemudian, tuturnya, menjadi bagian sistem  logistik udara. Fungsi lainnya, lanjut Amalia Maya Fitri, yakni sebagai alat   penanggulangan bencana alam.

Amalia Maya Fitri mengklaim bahwa UAV DID 3.11 BLOS sanggup mengangkasa selama 16 jam non-stop seraya membawa beragam payload   berbobot maksimum 80 kilo gram.

Ini berarti, desain dan perancangan pesawat nir-awak yang dibekali sistem pengawasan multi-mode optical surveillance tersebut memang sebagai daya dukung operasi, baik militer maupun sipil.

Operasionalnya yang senyap dan tidak terjangkau oleh alat pendeteksi visual serta akustik memungkinkan pesawat tanpa awak itu sulit terdeteksi sistem pertahanan lawan.

Amalia Maya Fitri berpandangan, kesuksesan uj uji terbang tidak hanya menjadi ajang pembuktian kemampuan teknologi UAV produk  dalam negeri, tetapi juga awal kerja sama yang lebih luas pada masa mendatang, baik soal  pengembangan teknologi lanjutan, integrasi sistem, maupun implementasinya.

Selain itu, kata dia, juga bisa menjadi kado istimewa Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80.

“Kami juga berkomitmen untuk memperkuat sinergi dengan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan Kementerian Pertahanan mewujudkan sistem pertahanan nasional yang cerdas, mandiri, dan berdaulat,” pungkas Amalia Maya Fitri. (win/*)