Mendekatkan Reptil ke Masyarakat: Komunitas BMBL Edukasi Lewat Pendekatan Santai di Tegalaga

0
Panji salah satu anggota Komunitas BMBL mengenalkan reptil secara langsung.

Pentas TV – Bandung tak hanya dikenal dengan kulinernya yang menggoda, tapi juga komunitas-komunitas unik yang tumbuh dari minat dan kepedulian warga terhadap berbagai hal, salah satunya satwa reptil. Di tengah stigma negatif terhadap ular dan sejenisnya, komunitas Bandung Musang Bulan Lovers (BMBL) hadir dengan misi sederhana namun penting: mengedukasi masyarakat tentang karakter asli reptil.

Panji Fakulo Pamungkas, penggiat komunitas yang akrab disapa Panji, menjelaskan bahwa ketertarikannya terhadap hewan sudah dimulai sejak kecil. Kini, bersama rekan-rekannya di BMBL, ia rutin menggelar pertemuan terbuka setiap akhir pekan di kawasan Tegalaga, Bandung Selatan. Di sanalah mereka berbagi pengetahuan sekaligus menghadirkan langsung beberapa reptil jinak untuk dikenalkan ke pengunjung.

“Kita kumpul bukan cuma buat senang-senang. Tujuannya biar masyarakat lebih paham bahwa tidak semua reptil itu berbahaya. Yang kami bawa adalah hasil ternakan, bukan tangkapan alam, dan sudah terbiasa dengan manusia,” jelas Panji

Hewan-hewan yang dibawa ke lokasi pun telah melalui seleksi. Hanya reptil yang jinak dan terbukti aman bagi pengunjung yang diperkenalkan. Salah satunya adalah ular-ular non-berbisa seperti ular bajing (Gonyosoma) yang dikenal ramah dan tidak agresif.

Menurut Panji, banyak kesalahpahaman muncul karena minimnya informasi. “Mayoritas orang menganggap semua ular itu berbisa dan langsung menyerang, padahal faktanya kebanyakan ular itu defensif. Mereka justru menghindar jika tidak merasa terancam,” ujarnya.

Meski demikian, ia tak menampik bahwa beberapa jenis ular memang berbahaya. Ia menyebut jenis-jenis seperti Trimeresurus insularis atau ular pucuk sebagai contoh reptil berbisa yang tidak cocok untuk dipegang bebas (free handling). “Yang seperti itu hanya boleh ditangani oleh orang yang benar-benar paham. Kami tidak merekomendasikan masyarakat umum menirukan aksi-aksi ekstrem,” tegasnya.

Panji juga membagikan cara sederhana mengenali ular berbisa dan tidak. Salah satu indikasinya adalah bentuk kepala. Namun, ia mengingatkan bahwa cara ini tidak bisa dijadikan acuan mutlak. “Daripada menebak-nebak, lebih baik langsung konsultasi atau belajar dengan yang sudah berpengalaman,” katanya.

Kegiatan edukatif ini dibuka untuk siapa saja yang tertarik mengenal reptil lebih dekat. Setiap Sabtu atau Minggu, komunitas BMBL menggelar sesi interaktif, di mana masyarakat bisa bertanya langsung dan belajar mengenali karakter hewan. Kehadiran komunitas ini diharapkan bisa menumbuhkan rasa peduli dan menghargai satwa dengan lebih bijak.

“Kita ingin masyarakat punya perspektif baru soal hewan, bukan sekadar takut. Hewan juga bisa jadi media belajar yang menyenangkan,” Ujar Panji.