
PENTAS.TV – Situasi di Kebun Binatang Bandung memanas setelah pemberitaan media mainstream mengabarkan terjadinya aksi penggerudukan oleh pihak yang mengklaim memiliki hak pengelolaan. Peristiwa tersebut tidak hanya memunculkan sengketa legalitas, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup ratusan satwa yang membutuhkan perawatan harian.
Humas Bandung Zoo, Sulhan Syafi’i, mengungkapkan bahwa kejadian bermula ketika pihaknya sedang beroperasi seperti biasa. “Tidak ada konteks apa-apa, kita jalan normal. Tiba-tiba mereka datang, menggeruduk, mengunci semua pintu, karyawan disuruh keluar, sampai pakan tidak bisa masuk,” jelasnya.
Menurut Sulhan, situasi ini mencapai titik kritis sekitar pukul 10.30 WIB, ketika pihaknya terpaksa mendobrak masuk demi menyelamatkan anak-anak satwa. “Kalau sampai jam 11 tidak dikasih susu atau makan, mereka akan lemas. Jadwal makan bayi satwa itu pukul 6 sampai 8 pagi,” ujarnya.
Satwa-Satwa yang Paling Terancam
Sulhan merinci bahwa Bandung Zoo saat ini merawat berbagai jenis satwa, termasuk karnivora berkaki empat yang baru lahir, dua ekor anak karnivora lain, burung, rusa, dan bahkan seekor anak orangutan yang memiliki hubungan simbolis dengan Wali Kota Bandung. “Satwa-satwa ini harus diselamatkan, dan kami tidak ingin fakta diputarbalikkan,” tegasnya.
Ia menambahkan, sejumlah wartawan yang berada di lokasi juga menyaksikan langsung bahwa pakan dan karyawan sempat dilarang masuk oleh pihak yang menguasai pintu masuk. “Kalau mau tahu kenapa pakan tidak boleh masuk, tanya saja mereka yang di dalam,” katanya.
Kerugian Pengelola dan Pengunjung
Selain ancaman terhadap satwa, insiden ini juga menimbulkan kerugian finansial dan reputasi bagi pengelola. Sulhan menyebut ada lebih dari seratus tiket yang sudah dibeli pengunjung secara online pada hari pertama, namun mereka terpaksa ditolak masuk. “Kita akan ganti semua tiket yang sudah dibeli. Tapi kerugian ini jangan sampai berulang,” ujarnya.
Bagi yayasan pengelola, persoalan ini juga menambah beban operasional karena pemasukan dari penjualan tiket adalah salah satu sumber utama untuk membiayai pakan dan gaji karyawan. “Kalau ini berlangsung lama, tentu akan repot. Tapi kami tetap komitmen memenuhi pakan satwa dan membayar upah karyawan,” tegas Sulhan.
Komitmen Penyelamatan Satwa
Meski dilanda sengketa dan tekanan operasional, Sulhan menegaskan bahwa Yayasan Taman Sari Margasatwa, berdasarkan akta 41 tahun 2024, akan terus mengutamakan kesejahteraan satwa dan karyawannya. “Masalah klaim pengelolaan tidak kami pikirkan sekarang. Fokus kami adalah menyelamatkan satwa di dalam dan memastikan karyawan tetap bekerja,” katanya.
Sulhan juga menyebut pihaknya akan berkoordinasi dengan kuasa hukum untuk mencari solusi yang memungkinkan aktivitas pengelolaan kembali normal. “Kalau berlarut-larut, dampaknya bukan hanya pada kami, tapi juga pada satwa dan masyarakat yang ingin berkunjung,” pungkasnya.