Kelangkaan dan kenaikan harga wood pellet di dunia, termasuk di Indonesia sangat berdampak ke PTPN VIII yang hampir semua pabrik menggunakan bahan bakar wood pellet. Bahan bakar utama yang saat ini digunakan oleh PTPN VIII untuk proses pengolahan teh adalah wood pellet.
Namun sejak terjadinya konflik Rusia – Ukraina awal tahun 2022 menyebabkan pabrik di berbagai negara yang semula menggunakan bahan bakar minyak beralih ke wood pellet.
Namun jangan khawatir, karyawan PTPN VIII Kebun Rancabali membuat inovasi yang mampu mengolah bukan hanya dari satu jenis bahan bakar, melainkan dapat menggunakan 3 jenis bahan bakar.
PT Perkebunan Nusantara VIII, atau biasa disingkat menjadi PTPN VIII, adalah anak usaha PTPN III (Persero) yang bergerak di bidang perkebunan teh, yang memiliki area konsesi kebun teh seluas 50.503,47 hektare (Ha) terhadap total luas konsesi PTPN VIII sebesar 113.958,34 Ha.
PTPN VIII memiliki 7 kebun teh dan 22 pabrik pengolahan teh. Produksi teh yang dihasilkan PTPN VIII rata-rata 30 juta Kg/tahun atau 2,5 juta Kg/bulan.
Pengeringan merupakan salah satu tahapan yang sangat penting/krusial pada proses pengolahan teh, karena bertujuan menghentikan proses oksidasi enzymatis. Sehingga enzym tidak aktif pada saat komposisi senyawa-senyawa pendukung kualitas mencapai keadaan optimal.
Seperti menurunkan kadar air sampai batas tertentu, mensterilkan dari kemungkinan adanya bakteri pada bubuk teh yang terbawa dari proses sebelumnya, memberikan warna hitam pada kenampakan teh, memperpanjang masa simpan produk, dan memudahkan proses sortasi dan penanganannya.
Mesin yang digunakan untuk menghasilkan udara panas ke mesin pengering di pabrik teh adalah mesin Heat Exchanger (HE). Saat ini, mesin HE yang digunakan sebagian besar pabrik teh masih berkonsep bahan bakar tunggal, sehingga sangat bergantung pada ketersediaan satu jenis bahan bakar.
Mesin ini diberi nama Mesin Heat Exchanger (HE) Hybrid 3 in 1. Salah satu alternatif bahan bakarnya adalah Compressed Natural Gas (CNG), yaitu gas alam yang dikompresi pada tekanan 200-250 bar. Selain Bahan bakar wood pellet dan CNG, bahan bakar lain yang bisa diolah oleh mesin Hybrid 3 in 1 ini ialah kayu.
“Teknologi Hybrid mesin Heat Exchanger (HE) merupakan inovasi pada proses pengeringan teh yang memungkinkan mesin HE dapat menggunakan berbagai jenis bahan bakar baik padat (wood pellet, cangkang sawit, briket, kayu bakar) maupun gas (CNG, LPG, LNG). Tujuan diversifikasi bahan bakar, menghasilkan profitability dan efisiensi, serta aplikatif/mudah diterapkan di pabrik teh lain,” kata Masinis Kepala Kebun Rancabali, Dani Sudibyo, belum lama ini.
Dikatakannya, inspirasi inovasi teknologi hybrid 3 in 1 pada mesin HE di pabrik teh berasal dari perkembangan teknologi di dunia otomotif saat ini, yaitu teknologi hybrid pada mobil. Mobil hybrid adalah tipe kendaraan yang menggunakan dua jenis bahan bakar sebagai sumber tenaganya.
Prinsip kerja mesin HE adalah memindahkan panas dari dua fluida pada temperatur berbeda dimana transfer panas dapat dilakukan secara tidak langsung (indirect) maupun langsung (direct). Yang pertama ialah Sistem indirect pada HE berbahan bakar wood pellet dan kayu dan Sistem direct pada.HE berbahan bakar CNG.
“Berdasarkan hasil ujicoba modifikasi teknologi Hybrid 3 in 1 menggunakan bahan bakar CNG secara teknis sudah berhasil mencapai sasaran mutu yaitu tercapainya suhu inlet/outlet dan kadar air (MC) teh kering, sehingga CNG layak digunakan sebagai bahan bakar dalam proses pengeringan teh,” terangnya. (*)