PENTAS.TV – BANDUNG, Beragam cara dilakukan pemerintah demi terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Di antaranya, melalui penyaluran subsidi pada sejumlah sektor dan komoditas. Satu di antaranya subsidi listrik.
Terungkap, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Adi Priyanto, Direktur Ritel dan Niaga PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero), mengungkapkan, tahun ini, sebanyak 42,2 juta pelanggan berbagai golongan tarif berkatagori sebagai target penyaluran subsidi listrik.
Tentunya, tegas dia, penyaluran subsidi listrik wajib akurat dan tepat sasaran. Karena itu, jelas dia, pihaknya terus berinovasi.
Satu bentuknya, melalui pemanfaatan digitalisasi, yakni mengaktifkan PLN Mobile, yang sudah terintegrasi dengan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial secara real time dan lebih dinamis daripada sebelumnya, yang cenderung statis.
Selain itu, ungkapnya, agar data pelanggan yang berhak menerima subsidi lebih valid dan real, pihaknya menyurvei sekaligus dan memutakhirkan sebanyak 39,6 juta data pelanggan.
“Hasil survei dan pemutakhiran data pelanggan itu kami serahkan kepada Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) serta BPS (Badan Pusat Statistik),” papar Adi Priyanto.
Adi Priyanto pun membeberkan nominal penyaluran subsidi listrik. Hingga Mei 2025, sebutnya, nominal penyaluran subsidi listrik yakni Rp34,6 triliun.
Adi Priyanto meneruskan, penyaluran subsidi tersebut untuk membiayai volume penjualan listrik, yang hingga Mei 2025, sebanyak 31,17 Terra Watt -hour (TWh).
Target penyaluran subsidi listrik yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, sambungnya, bernilai Rp87,72 triliun.
Sebanyak Rp56,50 triliun di antarany , pengalokasiannya bagi sebanyak 35,2 juta pelanggan Golongan Rumah Tangga, yang mayoritas berdaya terpasang 450 Volt-Ampere (VA)-900 VA. Sisanya, teralokasikan pada pelanggan Golongan Bisnis dan Industri Kecil.
Informasinya, tahun depan, nominal subsidi listrik bertambah cukup signifikan. Estimasinya, menjadi Rp97,37 triliun-Rp104,97 triliun.
Dasar perhitungannya yakni perkembangan makroekonomi, semisal pergerakan kurs nilai rupiah, yang pada posisi Rp16.500-Rp16.900 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kemudian, mengacu pada kondisi Indonesian Crude Price (ICP) yakni sekitar 60. dolar AS-68 dolar AS per barel. Termasuk, persentase inflasi nasional, yaknj 1,5-3,5 persen. (win/*)