PENTAS.TV – BANDUNG, Selama satu dekade lebih, tepatnya pada 2013, pasar otomotif nasional disemarakkan oleh model kendaraan roda empat alias mobil yang berharga jauh lebih terjangkau daripada varian-varian lainnya, seperti sedan, City Car, Multi Purpose Vehicle (MPV), Sport Utility Vehicle (SUV), dan lainnya.
Varian tersebut yakni Low Cost Green Car (LCGC) . Kehadiran LCGC merupakan inisiasi pemerintah. Misinya, agar industri otomotif nasional lebih bergairah.
Karenanya, banyak Agen Pemegang Merek (APM) yang merilis model LCGC. Sebut saja duet APM yang sangat berkerabat, yaitu PT Toyota Astra Motor (TAM) sebagai perwakilan Toyota Motor Corporation dan PT Astra Daihatsu Motor (ADM) yang mewakili Daihatsu Motor Company.
Keduanya merilis dua pasang mobil kembar, yakni Toyota Calya-Daihatsu Sigra dan Toyota Agya-Daihatsu Ayla.
Kemudian, ada APM Honda Motor Company, yakni PT Honda Prospect Motor (HPM). Kemudian , perwakilan Suzuki Motor Corporation yaitu PT Suzuki Indomobil Sales (SIS). Mereka mengaspalkan Honda Brio Satya dan Suzuki Ertiga.
Munculnya brand-brand itu menempatkan model-model LCGC sebagai produk primadona. Namun, kini, kondisinya berbeda. Pada 2025, kondisi pasar LCGC mengalami kelesuan.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), kinerja penjualan LCGC secara wholesale melempem. Kondisi ini berlangsung setiap bulan selama enam bulan terakhir tahun ini.
Selama Januari-Juni 2025, volume penjualan wholesale LCGC merosot 28,5 persen apabila perbandingannya dengan periode sama tahun sebelumnya atau menjadi 64.063 unit.
Parahnya, jika secara bulanan, volume penjualan LCGC berkurang sangat ambyar. Sebagai contoh, penjualan wholesale LCGC pada Juni 2025, berjumlah 7.762 unit.
Bandingkan dengan realisasi penjualan wholesale pada Juni 2024, yang berjumlah 15.252 unit. Realisasi penjualan wholesale LCGC pada Juni 2025 tersebut berkurang 49 persen.
Kemungkinannya, harga jual LCGC saat ini yang menyebabkan terjadinya kelesuan penjualan pasar model tersebut.
Saat ini, harga jual termurah model LCGC yakni pada level sekitar Rp135 juta. Harga termahalnya, hampir bernilai Rp200 juta.
Nominal tersebut jauh melebihi harga LCGC saat kemunculan perdananya, yakni pada 2013. Kala itu, harga jualnya sekitar Rp76 juta.
Dalam keterangannya, Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian, mengatakan, pemerintah masih memberlakukan kebijakan istimewa bagi model-model LCGC, yakni insentif berupa Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebanyak 3 persen hingga 2031
Pemberlakuan insentif PPnBM sebesar 3 persen hingga 2031 itu, jelasnya, selain upaya pemerintah menggeliatkan pasar otomotif, juga agar harga mobil lebih terjangkau.
Selain itu, juga termasuk strategi pemerintah untuk lebih mengakselerasi proses transisi dan transformasi pada kendaraan elektrik.
Realisasi Penjualan LCGC Januari-Juni 2025 (Wholesale)
– Januari: 12.324 unit
– Februari: 13.618 unit
– Maret: 12.726 unit
– April: 9.087 unit
– Mei: 8.546 unit
– Juni: 7.762 unit. (win/*)