Kuliner Sunda dikenal tidak hanya melalui cita rasa khasnya, tetapi juga karena kentalnya aspek lingkungan dan budaya Kesundaan yang tercermin dalam setiap hidangan.
Makanan Sunda selalu identik dengan kesederhanaan yang berpadu dengan kekayaan alam, seperti lalapan segar, sambal yang pedas, serta beragam masakan berbasis ikan dan daging yang diolah dengan cara tradisional.
Tidak hanya itu, pengalaman bersantap semakin lengkap dengan adanya keramahtamahan ala Sunda yang begitu hangat dan ramah.
Pelayanan yang bersahaja namun penuh keikhlasan ini mencerminkan budaya “someah hade ka semah”—sebuah falsafah hidup masyarakat Sunda yang berarti selalu menghormati tamu. Hal ini menjadikan kuliner Sunda lebih dari sekadar makanan, tetapi sebuah pengalaman budaya yang tak terlupakan.
Dari pepes ikan hingga nasi liwet, setiap sajian membawa cerita dan keindahan alam serta budaya Sunda yang lestari.Apalagi, keunikan yang tidak didapat di rumah makan lain, dimana Rumah Makan Pesona Kampung Sunda membebaskan konsumennya untuk masuk ke dapur pasakan.
“Pesona Kampung Sunda (PKS) berdiri sejak tahun 2021 akhir dan 2022 adalah awal mula rumah makan ini buka,” ungkap Pak Mamat, penanggung jawab PKS ini, Selasa (24/09/24).
“Tahun 2022 adalah tahun dimana aturan ketat pandemi telah dilonggarkan oleh pemerintah, jadi berkumpul bersama diperbolehkan lagi. Dengan ketentuan tersebut, hal itu jadi anugrah bagi kami karena bertepatan dibukanya lagi ijin kerumunan, kami buka untuk melayani umum,” seru Pak Mamat
Menurut Pak Mamat, tentu kunjungan konsumen ke PKS pun menjadi membludak. Beramai-ramai orang ingin makan makanan sunda sambil bertemu teman atau saudara yang lainnya.
Pak Mamat pun paham kondisi masyarakat yang terkungkung tidak bisa kemana-mana, sekalinya keran ijin kerumunan diperbolehkan masyarakat pun jadi senang dan bahagia bisa berkumpul lagi.
Pak Mamat menceritakan latar belakang filosofi rumah makan PKS ini didirikan adalah adanya rumah makan jaman dahulu (baheula) yang sangat kental nuansa sundanya. Ada kuliner Sundanya, ada suasana dan pengalaman tempat yang membuat orang merasa benar-benar merasakan atmosfir Sunda.
Ia juga menuturkan bahwa bilamana ingin kuliner Sunda di Bandung, bisa pergi ke rumah makan Sunda yang ada di Bandung. Tetapi, jika makan bersama keluarga di PKS, maka akan dapat banyak pengalaman kuliner dengan rasa yang lezat, juga tempat makan dan keramahtamahan/someah nya karyawan.
Pak Mamat pun menginformasikan bahwa di PKS, sebagian alat masaknya ada yang memakai hawu/kayu bakar dan kondisi ini bisa langsung disaksikan konsumen karena mereka diarahkan langsung ke dapur untuk memesan dan mengambil makanannya. Belum lagi, tampilan dapur di depan dilengkapi nuansa dapur yang jaman dahulu, ibu-ibu pemasak pun ada di depan dan menyapa bersamaan tamu/konsumen yang masuk ke dapur.
“Waktu konsumen pertama datang ke sini, akan disuguhi pemandangan bale-bale dan ibu-ibu yang merajang sayur dan lainnya. Jadi, suasana nya seperti yang lagi hajatan saja. Belum lagi, ornament-ornamen tempat pun sangat mendukung kesundaan, seperti adanya padi dan jagung yang dijadikan pengingat bagi kita bahwa nasi yang dimakan berasal dari apa,lalu apa kegunaan jagungnya,” ulas Pak Mamat.
“Tidak hanya itu saja, kuliner PKS pun ada menu sunda yang kental sekali, seperti pencok daun katel dimana kuliner khas itu yang paling disukai konsumen berasal dari daerah Majalengka. Pencok daun katel itu bentuknya seperti buat pete selong tetapi bukan, dan berasal dari pucuk daun kedelai dan sangat jarang didapat serta berasal dari Majalengka,” tuturnya.
Pak Mamat memaparkan bahwa jika berkenaan dengan kuliner makanan dan minuman, bisa jadi di rumah makan lain ada tetapi rasa kuliner di PKS yang sulit didapat dibanding di tempat lain, seperti misalnya kuliner daun papaya dan sambel si Mak yang rasanya paling nikmat.
Ia pun menuturkan bahwa untuk bagian masak yang ada di PKS ini memang berbeda dengan sdm produk seperti kebanyakan. Mereka yang bekerja di bagian produksi kuliner di sini khusus diambil dari juru masak rumahan yang ada di daerah, seperti dari Garut, Ciamis, dan lainnya. Dan juru masaknya itu adalah emak-emak/ibu-ibu yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di sananya.
“Sumber daya yang ada di PKS ada Sebagian dari Bandung, tetapi untuk pelayanan dan lainnya diambil juga dari daerah-daerah seperti kota Garut misalnya,” pungkas Pak Mamat menutup pembicaraan.