PENTAS.TV – BANDUNG, Setelah Indonesia merdeka, kolonial Belanda meninggalkan banyak warisan berupa bangunan-bangunan heritage dan gedung bersejarah di berbagai kota tanah air. Adalah Kota Bandung di antaranya.
Di Kota Kembang, banyak berdiri bangunan dan gedung heritage peninggalan Kolonial Belanda. Sebut saja Gedung Sate, yang kini menjadi pusat pemerintahan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar.
Lalu, Gedung Pakuan, yang merupakan rumah dinas Gubernur Jabar. Selain itu, ada juga bangunan-bangunan bersejarah lainnya yang kini berfungsi sebagai fasilitas pelayanan publik, seperti Stasiun Bandung.
Bicara soal Stasiun Bandung, fasilitas transportasi publik yang dikelola PT Kereta Api Indonesia KAI (Persero) itu termasuk stasiun tertua di tanah air.
Stasiun ini aktif pertama kalinya menjelang berakhirnya abad 19, tepatnya 1884. Kehadiran dan perannya sangat strategis.
“Stasiun Bandung termasuk simpul transportasi yang berlokasi pada jantung kota berjuluk Parisj van Java.,” tandas Kuswardoyo, Manager Hubungan Masyarakat (Humas) PT KAI (Persero) Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung.
Mantan Manager Humas PT KAI (Persero) Daop 3 Cirebon tersebut meneruskan, Stasiun ini juga menjadi pintu gerbang bagi jutaan orang dari dan ke Kota Bandung setiap tahunnya.
Bahkan, tegasnya, Stasiun Bandung, yang menjadi saksi bisu perkembangan Ibu Kota Tatar Pasundan ini, juga menjadi back Bone konektivitas perkeretaan di wilayah Jawa.
Itu karena, jelas dia, Stasiun Bandung menjadi penghubung Bandung dengan kota-kota lain di Jawadwipa.
Seiring perubahan zaman,, kata Kus, sapaan akrabnya, Stasiun Bandung pun terus bersolek dan mengalami perkembangan.
Terbukti, stasiun yang berlokasi di Jalan Kebon Kawung 43 untuk akses utara dan Jalan Stasiun Selatan No. 25 untuk akses selatan ini dilengkapi beragam fasilitas pendukung moderen.
Antara lain, sebutnya, adanya fasilitas Face Recognition yang mempermudah dan mempercepat proses boarding penumpang.
Lalu, tersedianya fasilitas minum gratis berupa Drinking Water Station. “Ada juga fasilitas untuk beribadah seperti mushola. Fasilitas kesehatan pun tersedia,” kata Kus.
Stasiun ini pun, tambahnya, dilengkapi Lost & Found, fasilitas pelayanan bagi para penumpang yang propertinya tertinggal, baik di stasiun maupun saat perjalanan.
Fasilitas berikutnya, ujar dia, yakni tersedianya akses bagi kalangan difabel. Tentunya, tegas dia, stasiun ini juga dilengkapi sistem keamanan 24 jam, berupa pemasangan Closed Circuit Television (CCTV).
Terjadinya beragam dinamika perkembangan, sahut mantan Manager Public Relations Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) tersebut, pelayanan perjalanan kereta pun bervariasi.
“Selain kereta jarak jauh reguler dan Commuter Line, kami pun mengaktifkan kereta feeder bagi para penumpang Whoosh (Kereta Cepat Jakarta-Bandung),” beber Kus.
Tidak itu saja, sambungnya, Stasiun Bandung juga melayani kereta wisata, yang jadwal perjalanannya tergabung dengan kereta jarak jauh.
Perubahan zaman pun, ucap Kus, membuat kereta semakin menjadi fasilitas transportasi terfavorit.
Penyebabnya, ungkap Kus, perjalanan kereta lebih efektif, efisien, tepat waktu, dan relatif aman serta jauh lebih cepat daripada moda transportasi darat lainnya.
Tidak heran, kata dia, volume penumpang Stasiun Bandung terus bertambah. Secara rata-rata, setiap harinya, Stasiun Bandung melayani keberangkatan puluhan ribu penumpanh per hari, yang meliputi kereta jarak jauh, Commuter Line, dan Feeder.
“Pada weekday dan weekend kondisi normal, Stasiun Bandung melayani sekitar 8 ribu penumpang Commuter Line. Pada momen long weekend, jumlahnya bisa bertambah mencapai sekitar 12 ribu orang, penumpang,” urai Kus.
Kemudian, imbuhnya, pada weekday dan weekend kondisi normal, rata-rata penumpang kereta jarak jauh yang terlayani berjumlah 4 ribu orang per hari. Saat long weekend, sahutnya, menjadi sekitar 7 ribu orang penumpang.
“Sedangkan volume penumpang Kereta Feeder, rata-rata 3.500 orang per hari,” sebutnya.
Agar kebutuhan transportasi masyarakat terlayani dan terpenuhi secara prima dan optimal, sambung Kus, di Stasiun Bandung, pihaknya mengaktifkan 160 perjalanan per hari.
Cakupannya, ujar Kus, sebanyak 72 perjalanan Kereta Feeder per hari setiap peak season. Kemudian, tambahnya, aktivasi 44 perjalanan Commuter Line.
“Sedangkan kereta jarak jauh, kami mengaktifkan 44 perjalanan dari dan ke Bandung,” kata Kus.
Tidak hanya kereta penumpang, lanjut Kus, guna memperlancar sistem logistik, Stasiun Bandung pun menjadi titik keberangkatan dan kedatangan kereta barang. (win)