Operasi Lebih Presisi dan Lebih Cepat, Robot CORI hadir di RS. Melinda 2

0
Konferensi Pers Robot CORI di Rs. Melinda 2, Bandung - Singgih Jatmiko, Pentas TV

Bandung, PENTAS TV – Penyakit radang sendi lutut pada usia 50 tahun ke atas masih cukup tinggi. Obat kerap kali tak mempan untuk meredakan penyakit ini sehingga berujung pada operasi. Namun operasi sering menimbulkan keluhan setelahnya, seperti kondisi kaki yang masih “cingkeud” meski sudah melewati 6 bulan pascaoperasi.

Rumah Sakit Melinda pun menemukan operasi lutut dengan teknologi robotik yang digunakan di luar negeri. Dengan sistem ini, operasi lebih cepat dan presisi. Empat jam setelah operasi pasien sudah bisa berjalan.

Alat ini pun didatangkan RS Melinda dari Amerika ke Indonesia. Alat operasi robotik pertama di Indonesia yakni Ortho Robotic Cori Total Knee Replacement diperkenalkan RS Melinda 2, pada Senin, 24 Juni 2024. Operasi pertama menggunakan alat tersebut pun sudah dilakukan, Senin (24/6) pada pasien berusia 80 tahun.

Robot-CORI

Pendiri RS Melinda, dr, Susan Melinda, Sp.OG mengatakan, pihaknya memperkenalkan Ortho Robotic Cori Total Knee Replacement dalam tindakan operasi lutut.

“Kita ingin pasien-pasien dari Indonesia nggak usah ke Singapura atau Malaysia kita sudah punya alat yang mungkin at person di dunia ini yang paling canggih.

Kenapa mesti keluar negeri, sedangkan biaya yang dikeluarkan jauh lebih mahal, belum yang anter, belum pesawat tiket, ” ujar Pendiri RS Melinda, dr, Susan Melinda, Sp.OG.

Pihaknya, kata Susan, bisa mendatangkan alat ini ke RS Melinda, sehingga pasien tidak harus keluar negeri. “Operasi ini cukup sering dan makin lama akan makin banyak pasien yang menderita karena umur makin lama bertambah dan penyakit ini timbul biasanya di atas 50 tahun yang menganggu aktivitas dan pekerjaan mereka,” unkapnya.

Dikatakannya, operasi lutut dengan sistem robotik di RS Melinda ini lebih murah ketimbang ke Singapura. Perbandingannya bisa empat kali lipat. Biaya yang dikeluarkan untuk operasi ini juga tergantung kondisinya, kemungkinan di atas Rp 100 juta. Namun, pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan operasi konvensional.

“Pokoknya operasi ini dibandingkan dengan operasi yang konvensional yang tanpa alat ini, saya janji tidak akan banyak bedanya. Inilah supaya bisa terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Kalau saya memberikan tarif 2 sampai 3 kali lipat, jelas tujuan kita tidak tercapai. Tujuan kita ingin memanfaatkan teknologi untuk memberikan manfaat yang maksimal kepada masyarakat,” ungkapnya.

Ditambahkan Spesialis Orthopaedi & Traumatologi – Panggul dan Lutut, Moechammad Satrio Nugroho Magetsari, dr.,Sp.OT(K) dari Rumah Sakit Melinda 2, alat ini dirancang untuk radang sendi atau pengapuran yang sudah berat.

“Alat ini membantu dalam pembersihan tulang rawannya. Dulu dipotong dengan pisau biasa, dan diperlukan mata oleh operatornya, dilihat secara kasat mata, sekarang tidak perlu karena sudah dibantu, dinavigasikan dan diarahkan oleh AI,” tuturnya.

“Waktu motongnya pun robot itu membantu. Jadi potongan milinya enggak akan meleset karena robot yang memastikan potongannya betul-betul presisi dan akurat. Jadi sudah dibanru dinavigasikan dan waktu motong juga dibantu oleh robot, sehingga tidak ada kejadian kelebihan potong atau kependekan potong, betul betul permukaan sendinya dirapikan sedemikian rupa oleh robot tersebut sehingga waktu kita pasang alat presisi dan akurat,” jelasnya.

Untuk tingkat kesembuhan, ungkapnya, 85 sampai 95 persen karena bisa terjadi berbagai macam faktor komplikasi kondisi tergantung pasien. Namun bisa hampir dipastikan alat ini memberikan hasil baik bagi pasien dan lebih baik dari konvesional.

Operasi dengan menggunakan alat tersebut sudah dilakukan pada Senin (24/6). “Baru satu tadi pagi itu. Kondisi tadi pagi, lututnya itu radang sendi atau pengapuran, pasiennya umur 80 tahun,” terangnya.

Dikatakannya, kondisinya sudah parah di mana bengkok kakinya sudah 15 derajat . Pihaknya melakukan perbaikan melalui operasi tersebut dan bengkoknya dikurangi menjadj 1 derajat. “Tidak sengaja diluruskan karena pasiennya kakinya menurut telaah dari robot tersebut memang lebih ideal kakinya ditaruh di derajat satu agar lebih natural. Jadi enggak dibikin rata lagi seperti jaman dulu,” ungkapnya.

Enam jam pascaoperasi, kata Satrio, pasien sudah bisa jalan. Operasi pun berlangsung lebih cepat. Di mana secara konvensional dua sampai tiga jam, dengan alat ini bisa satu sampai satu setengah jam.

Enam jam sudah jalan, operasinya satu setengah jam. Kalau operasi konvensional di tempat lain tiga hari sampai seminggu baru bisa berjalan, ” ujarnya.