Di tengah meningkatnya permintaan akan layanan boga yang profesional dan higienis, dibutuhkan pengajar-pengajar berpengalaman yang tidak hanya memahami aspek teknis kuliner, namun juga mampu menanamkan nilai-nilai manajemen usaha, pengelolaan dapur, penyusunan menu, serta tata kelola pelayanan pelanggan.
Program ini menjadi tonggak penting dalam menciptakan ekosistem jasa boga yang lebih berkualitas dan terstandardisasi di Jawa Barat. Seluruh pengajar yang disiapkan akan menjalani proses pelatihan dan kurasi oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang pengajaran, manajemen kuliner, serta sanitasi pangan.
“Peserta TOT ke-2 kali ini adalah sebanyak 72 orang sementara kebutuhan Jabar untuk pengajar SPPI (Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia) yang nanti mereka akan mengajar SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) sebagai ahli gizinya di dapur itu sebanyak 200 peserta/calon pengajar,” ujar Teh Oca panggilan akrab Ketua DPD APJI Jabar, Senin (21/04/2025).
“Mungkin nanti kita akan gabungkan dari 200 calon pengajar tersebut. Di Jawa Barat sendiri akan dipersiapkan sebanyak 150 orang, sementara dari daerah lain sebanyak 50 orang dan penyiapannya akan diatur oleh DPP Pusat APJI,” terang Oca.
Ketua DPW Jabar ini menjelaskan bahwa banyak pengajar yang berminat untuk mengajar di Jawa Barat ini, karenanya ia memberikan sebagian porsinya kepada daerah lain.
Ia juga menuturkan bahwa para penerima pembelajaran nanti di bulan Juni itu seperti yang telah diinformasikan pada saat kerja sama dengan Kemenhan adalah sebanyak kurang lebih 6.800 orang dan itu sudah dihitung kebutuhan untuk pengajarnya adalah sebanyak 200 orang pengajar.
Oca mengungkapkan bahwa motivasi peserta TOT yang sekarang lebih banyak dibanding sebelumnya hal ini disebabkan karena selain peningkatan ilmu pengetahuan managerial catering, juga adanya penambahan wawasan managerial catering karena bagi beberapa peserta TOT, ada yang berprofesi dosen di sebuah universita dan keilmuan yang dipelajari sekarang belum ada di kurikulum Universitas tempat mereka mengajar.
Sementara, keilmuan managerial catering yang baru ini nanti akan mensuport keilmuan calon SPPI/SPPG yang bertanggung jawab di dapur-dapur. Keilmuan ini adalah keilmuan basic yang perlu dikuasai karena perannya sangat krusial.
“Mereka akan belajar bagaimana menangani makanan yang diolah itu supaya terhindar dari menyajikan makanan yang basi, kedua dari segi keamanan makanan, ketiga cara pemilihan bahan baku, dan yang paling utama adalah bagaimana supaya makanan itu diolah tidak menjadi makanan yang meracuni pengonsumsinya,” ungkap Oca.
“Banyak yang salah pengiraan misalnya dalam pemilahan bahan baku untuk masakan karena dipikirnya mudah dan biasa. Akan tetapi, dalam tahapan pemilihannya harus diterapkan seleksi pemilahan makanan yang benar. Diutamakan adalah bagaimana pemilahan bahan baku itu harus selalu fresh/segar, agar saat diolah nanti terhindar dari hasil jadi masakan yang basi,” jelas Oca..
Tidak jauh pendapat yang sama dilontarkan juga oleh Ruli Mujahid, salah satu asesor yang ikut menseleksi dan mentraining calon pengajar sejak hari kemarin.
“Untuk hari ini kita ada dua skema, skema pertama untuk pelaksana penjamah makanan, berikutnya adalah fasilitator untuk calon pengajar. Peserta untuk batch dua ini lebih banyak dari batch pertama sebelum puasa dan para peserta yang bergabung mereka ada yang lulusan S2 dan S3,” terang Ruli menambahkan. “Berharap dengan penguasaan materi di pelatihan sekarang ini, ilmunya bisa berguna untuk usaha sendiri dan juga bisa untuk mengajarkan kepada orang lain,” pungkasnya