Soal Rencana Dedi Mulyadi Reaktivasi Jalur Kereta, Begini Komentar Mantan Petinggi KAI, Apa Katanya?

0
Jembatan Cincin Tanjungsari Sumedang, satu titik jalur kereta yang sejak lama mati suri. (Instagram)

PENTAS.TV – BANDUNG, Ketersediaan fasilitas transportasi andal memang krusial, karena punya peran luar biasa . Yakni, selain membantu mobilisasi barang dan orang, juga bisa menjadi trigger ekonomi.

Karena itulah, Gubernur Jabar 2024-2029, Dedi Mulyadi, punya rencana akbar tentang transportasi publik. Yakni, mereaktivasi beberapa jalur kereta yang sejak lama mati suri.

Tentunya, rencana mantan Bupati Purwakarta itu direspon banyak kalangan masyarakat secara positif.

Menanggapi rencana itu, mantan Executive Vice President PT Kereta Api Indonesia KAI Persero Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung, Saridal Partoyo, menyatakan dukungannya atas rencana KDM alias Kang Dedi Mulyadi, sapaan akrab orang nomor satu di Tatar Pasundan tersebut.

“Rencana Kang Dedi sangat positif. Sebenarnya, (rencana) reaktivasi itu bergulir sejak lama. Jalur pertama yang mengalami reaktivasi yakni Garut-Cibatu, yang berlangsung sebelum pandemi Covid-19,” tandas Saridal Partoyo, di kawasan Jalan Pasir Kaliki Bandung.

Namun, kata Saridal Partoyo, sangat sulit untuk menuntaskan reaktivasi pada 2025. Dia menyatakan, ada beberapa tahap yang harus ditempuh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar untuk merealisasikan rencana reaktivasi itu.

Antara lain, sebutnya, melakukan korespondensi dengan pemerintah, yakni Kementerian Perhubungan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) , termasuk Kementerian Keuangan, dana tembusannya kepada PT KAI (Persero) sebagai operator.

Lalu, lanjutnya, membentuk tim, yang terdiri atas sejumlah unsur, baik aparat kewilayahan, kota-kabupaten, provinsi, serta jajaran Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk teknis pembebasan lahan, termasuk aktivitas sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang reaktivasi.

Dia menilai, sosialisasi dan edukasi sangat penting karena banyak jalur kereta yang mati suri sejak lama tertutup bangunan permanen.

Berikutnya, sahut dia, penyusunan anggaran. Cakupannya, tidak hanya biaya bongkar bangunan permanen, tetapi juga estimasi anggaran pembangunan jalur, semisal batang rel, bantalan rel, dan sebagainya, termasuk sistem persinyalan serta fasilitas lainnya.

“Tidak itu saja, kebutuhan anggaran pun meliputi biaya operasionalnya,” tuturnya.

Artinya, terang dia, penuntasan reaktivasi jalur kereta bukan hanya bergantung pada kekuatan anggaran, melainkan, ada beberapa tahap yang harus terlakoni.

Lalu, berapa lama reaktivasi bisa tuntas?

Dia mencontohkan reaktivasi Garut-Cibatu. Saridal Partoyo mengemukakan, saat menggarap proyek reaktivasi jalur tersebut, pihaknya memerlukan waktu sekitar 2-3 tahun.

Jadi, apabila memperhatikan fase-fase itu, Saridal Partoyo menyampaikan, sangat sulit untuk menyelesaikan rencana reaktivasi itu pada tahun ini. (win)