Sempat Lesu Gara-gara Covid -19, Kinerja Bio Farma Group Menggeliat Lagi, Ini Indikatornya

0
Gedung Kantor Pusat PT Bio Farma (Persero). (Instagram)

PENTAS.TV – BANDUNG , Ketika wabah Covid-19 melanda berbagai negara, termasuk Indonesia beberapa tahun silam, perekonomian mengalami masa-masa sulit.

Tidak sedikit korporasi yang performa dan kinerjanya loyo. Meski demikian, perlahan tapi pasti, kondisinya menunjukkan pergerakan positif.

Seperti yang dialami Holding Company Badan Usaha Milik Negara BUMN sektor farmasi, PT Bio Farma (Persero) Group

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Shadiq Akasya, Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), mengklaim bahwa kinerja korporasi-korporasi BUMN sektor farmasi kembali menunjukkan geliatnya.

Dia menjelaskan, bergeliatnya kinerja itu berkat pemanfaatan kebijakan Arab Saudi berkaitan dengan kewajiban para jamaah haji untuk melakoni Vaksinnya Covid-19.

Karena itu, lanjut Shadiq Akasya, pihaknya sangat bersyukur atas terbitnya kebijakan pemerintah Arab Saudi tersebut .

Pihaknya berharap, kebijakan vaksinasi juga berlaku bagi jamaah umrah. Apabila harapan terwujud, ujarnya, terbuka peluang bagi jajarannya untuk menorehkan performa cemerlang.

Alasannya, kata dia, jumlah jamaah haji lebih sedikit daripada umrah. Yakni, kata dia , jumlah jamaah haji sekitar 240 ribu orang per tahun.

“Sedangkan jumlah jamaah umrah jauh lebih banyak, yaitu sekitar 1,8 juta orang per tahun,” tandasnya.

Lalu, seperti apa kegemilangan performa dan kinerja PT Bio Farma (Persero) Group?

Shadiq Akasya mengungkapkan , pada ,2021, pihaknya membukukan laba masif, yakni Rp1,7 triliun. Akan tetapi, lanjutnya, pada 2022, akibat Covid-19, perolehan laba bersih berkurang sangat signifikan, yaitu menjadi Rp260 miliar.

Pada 2023, ketika memasuki era recovery, tuturnya, pihaknya mengalami kerugian bernilai fantastis, yaitu Rp2,04 triliun.

Tahun berikutnya, atau 2024, aku Shadiq Akasya, pihaknya masih mengalami kerugian. Namun, secara nominal, angka kerugiannya berkurang, yaitu enjadi Rp1,16 triliun.

Berkurangnya kerugian, kata dia, berdampak pada kembali bergeliatnya perolehan Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA).

Pada 2023, beber dia, posisi EBITDA yakni minus Rp470 miliar atau Rp0,47 triliun. Tahun berikutnya atau 2024, posisi EBITDA memang masih minus, tetapi lebih baik daripada 2023, yakni minus Rp190 miliar atau sekitar Rp0,19 triliun.

“Pada triwulan I 2025, kondisinya semakin membaik. Posisi EBITDA berubah menjadi positif. Posisinya, yaitu Rp730 miliar,” paparnya. (win/*)